Bagian 17

589 25 1
                                    

Saat ini Akhtar dan Afifa sudah berada di mobil yang di bawa oleh Akhtar tadi. Akhtar dan Afifa sama-sama duduk di belakang, tapi mereka seperti orang asing karena mereka sama-sama diam tak berucap. Hening.

Akhtar memilih untuk menatap jendela yang ada disampingnya. Menikmati keindahan kota Malang yang selalu dipenuhi oleh beberapa kendaraan. Sedangkan Afifa, ia malah memainkan ponselnya.

Merasa dari tadi Afifa hanya memainkan ponselnya, akhirnya Akhtar menoleh ke arah Afifa.

"Kamu lagi ngapain dek? " tanya Akhtar.

"Ini saya lagi chat sama David, PACAR SAYA" jawab Afifa dengan menekan kata-kata Pacar Saya.

Akhtar hanya bisa mengangguk dan mengelus dada sabar. Ia harus kuat menghadapi Afifa. Ia tahu ini hanya masalah waktu saja. Ia yakin suatu saat nanti Afifa akan membalas cintanya.

Tiba-tiba rasa sakit dipinggang Akhtar mulai menyerang kembali. Ia memegangi pinggangnya yang terasa sakit. Ia mencoba untuk menahannya agar Afifa tidak mengetahui tentang penyakitnya.

Akhtar beristighfar didalam hati. Mencoba untuk tenang. Perlahan-lahan sakitnya itu menghilang.

Beberapa menit kemudian, akhirnya mereka berdua sampai di kediaman Akhtar.

🏡🏡🏡

Mereka langsung memasuki rumah yang dominan dengan warna putih dan abu-abu dengan mengucapkan salam.

"Assalamu'alaikum" ucap Akhtar.

"Wa'alaikumussalam" jawab Bi Inem.

"Selamat ya Den, Non. Saya seneng lihat kalian sudah menikah"

"Makasih Bi" jawab Akhtar.

"Oh ya Bi. Mama sama papa kemana? Kok di rumah ini kayak sepi gitu? " tanya Akhtar saat rumahnya terasa sepi sekali.

"Tadi nyonya sama tuan katanya mau pergi ke laur negeri"

"Lho kenapa? "

"Katanya mereka mau pindah rumah supaya rumah ini ditempati sama den Akhtar dan non Afifa. Jadi selama mereka belum dapat rumah baru, mereka tinggal di luar negeri" jelas Bi Inem.

Dalam hati Akhtar, ia sedikit merasa sedih karena orang tuanya tidak ada di rumah. Di satu sisi, ia juga merasa bahagia karena orang tuanya tidak akan tahu kedok sebenarnya tentang Afifa.

"Makasih ya Bi. Kalau gitu kita mau istirahat dulu di kamar" setelah mengatakan itu, Akhtar menggandeng tangan Afifa untuk di bawa ke kamarnya yang ada di lantai dua.

Setelah mereka sampai di depan pintu, Akhtar langsung membuka kenop pintu dan langsung membawa Afifa masuk ke kamarnya.

"Mulai sekarang ini menjadi kamar kamu" ucap Akhtar sambil berjalan menuju ke meja yang di atasnya terdapat televisi untuk meletakkan jam yang ia pakai.

"Terus saya tidur dimana? " tanya Afifa dengan nada sinis. "Saya nggak mau ya... Kalau saya harus satu ranjang sama bapak"

Mendengar kata itu, hatinya sangat sakit sekali. Kata-kata yang diucapkan istrinya ini sangat menusuk hatinya. Tapi Akhtar harus sabar. Akhtar membalikkan badannya dan menghampiri Afifa.

"Mas akan tidur di sofa itu. Kamu bisa tidur di ranjang Mas" ucap Akhtar dengan nada lembut.

"Sekarang kamu ganti baju terus kita salat sunah. Mas akan keluar sebentar untuk mengambil baju kamu yang ada di bawah"

Akhtar & Afifa [TAMAT] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang