Keputusan ☹️

1.7K 118 25
                                    

Berlayarlah Dan Temukan Muara Hikmah Di Pulau Samudera Cinta. Waspadalah Diri Dari Sesat Didalamnya. Semua Pelayaran Kita Tertuju Pada Satu Muara Cinta, Yaitu Mendapatkan Cinta Abadi Yang Esa.

🌹

"Ready!" Katanya sambil menstarter mobil. Aku mengangguk. "Go!!" Teriaknya.

Aku terus menyusul mobil hitam didepanku, kucoba nyelip kesebelas kiri eh malah di samber duluan sama tuh anak, kucoba kekanan lagi-lagi dia menghalangi jalanku.

Oke, jika itu caranya. Aku punya cara yang lebih menantang! Sekarang posisi mobil yang dibawa kak Hafidz berada di sisi kiri. Kutarik nafas panjang, dan cuss aku membawa mobil dengan kecepatan tinggi, aku melewati jalanan yang berlawanan walau cukup bahaya tapi selagi itu sepi kenapa tidak? Dan akhirnya aku berhasil melewati mobil hitam itu.

Tak mau ia mendahului ku lagi, aku terus membawa mobil ini dengan kecepatan tinggi, kubelok kearah kanan, dan langsung berhenti setelah tiba di parkiran pesantren.

Segera ku keluar, dan ternyata kak hafidz baru memarkirkan mobilnya. Aku menghampirinya "Ciee kalah" godaku.

"Orang kamu maling jalan orang lain, bahaya tau gak key!"

"Bahaya mana dengan balapan lia—"

"Don't talk about it here, understand." Sergahnya, aku hanya mengangguk patuh. "Good. Already in class, brother waiting in the catten at recess." Lanjutnya.

"Oke! Awas jangan godain santri putri, kalo sampe ketauan, key laporin ke ayah"

Ia hanya mengangguk, lalu aku berlalu pergi tanpa basa-basi lagi. "Really learning, key!" Teriaknya, aku hanya menoleh lalu mengangguk.

**

Mataku terus menelisik satu persatu meja yang berada di kantin. Dimana kak hafidz? Apa dia balik duluan ya kerumah, ah biarin aku juga tidak terlalu minat diteraktir olehnya.

"Hai, girls!" Tiba-tiba ia datang dari belakangku, lama-lama udah kayak jin aja ni anak.

"Darimana?"

"Itu tadi abis dari ndalem, diajakin minum kopi sama kyai muhtar" katanya. Kyai muhtar adalah pemilik pesantren ini, lebih tepatnya ayah kyai muhtar yang mewariskan pesantren ini padanya. Aku hanya mengangguk paham.

"Who is this?" Aku melirik kesamping.

"My Friend. Why?"

"She is beautiful"

Apa katanya? Ih kak hafidz, jaga matamu itu. "Zina, kak"

"Dia ngomong apa, Ning? Gak ngerti aku" bisik Nina, ya Nina lah yang menemaniku kekantin untuk menemui kak hafidz.

"Katanya, dia mau makan kamu!" Sontak ia menjauhkan wajahnya dari dekatku. Aku hanya menggeleng "Katanya mau neraktir, makan. Yaudah ayo, ngapin diem disini? Pegel tau gak"

"Gaya nya selangit!"

Saat aku hendak mencari tempat duduk tiba-tiba Syifa datang dengan lari terbirit-birit menghampiriku. "Key! Na! Ka-ka"

"Apaan sih, Syif. Gak jelas banget!"

"Tarik nafas. Keluarkan pelan-pelan" instruksi Nina. "Nah coba sekarang cerita, ada apa?" Lanjutnya.

"It-itu, tiba-tiba Fitri mau boyong dari pesantren, katanya ia mau pindah pondok. Orang tuanya juga sudah datang"

Aku dan Nina saling pandang, memangnya ada apa Fitri pindah pondok? Bukannya ia sudah hampir lima tahun lebih mondok disini. Apa ia punya masalah? "Memangnya kenapa? Kok tiba-tiba boyong?"

Cinta Dalam Ikhlas [TERBIT] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang