Khawatir 🍀

1.7K 110 1
                                    

Jangan pernah merobohkan pagar tanpa mengetahui mengapa didirikan. Jangan pernah mengabaikan tuntunan kebaikan tanpa mengetahui keburukan yang kemudian anda dapat

🌹


Author POV

Di depan pintu ruangan guru, ada seorang pria yang sedang mendengarkan percakapan seseorang didalam. Pria itu menggelengkan kepalanya dan mengusap dadanya. Tak ingin berlama-lama ia langsung pergi meninggalkan tempat itu dengan membawa prasaan yang lumayan menusuk hatinya.

Pria itu terus berjalan menelusuri koridor pesantren, banyak para santri yang menyapa dan mencium tangannya. Pria itu tengah berbicara dengan seorang santri putri kelihatannya ia sedang menanyakan sesuatu. Santri itu menunjuk kesebelas kiri dan langsung diangguki olehnya.

"Kelas dua belas IPA satu" gumannya sambil terus melihat setiap ruang kelas yang dilewatinya. Tak lama ia menemukan apa yang dicari, melihat situasi kelas yang tak ada gurunya ia langsung masuk kedalam "Assalamualaikum"

"Waalaikum salam" jawab semuanya. Para santri langsung duduk di bangkunya masing-masing. Tangan pria itu terulur untuk memegang pundak gadis didepannya. "Dek!" Gadis itu mengangkat wajahnya. "Astaghfirullah, kamu kenapa?" Pria itu mulai khawatir.

Gadis itu menggeleng lemah "kita pulang ya. Kamu pasti sakit gara-gara tadi gak sarapan" Fahri langsung menggendong adiknya secara bridal style. "Eh siapapun tolong bawain tasnya Keyla dong" perintahnya dan langsung mendapat anggukan dari Nina teman sebangkunya Keyla.

Banyak pasangan mata yang melihat kekhawatiran Fahri saat ini, apalagi ia menggendong adiknya yang terlihat sangat pucat dan lemah. Sedangkan Keyla yang berada di gendongan kakaknya hanya bisa diam, ia merasa sangat mual dan pusing.

Semenjak pelajaran pertama dimulai, anak itu sudah merasa pusing namun ia tahan sampai jam pelajaran berakhir.

Fahri membawa Keyla kedalam mobilnya. "Ini Gus tasnya" Fahri menoleh.

"Oiya makasih ya. Kamu boleh kembali ke kelas" katanya setelah menerima tas yang dibawa oleh Nina.

Fahri langsung masuk kedalam mobilnya, dan membawa Keyla keluar dari pekarangan pesantren. Pria sudah membelah jalanan yang cukup ramai oleh kendaraan lain. Sekilas ia melirik adiknya yang mulai kedinginan, Fahri membuka jas hitam yang di pakainya lalu menyelimuti sebagian tubuh keyla. "Kita kerumah sakit sekarang" lirihnya.

Niatnya Fahri akan pulang hari ini, setelah berpamitan pada Keyla, karna ia sudah merindukan anak dan istrinya. Namun ia tak tega melihat adiknya sakit seperti ini, jadi ia akan pulang jika Keyla sudah sembuh.

***

Sedari tadi Fahri hanya mondar-mandir di depan ruangan yang berbau oksigen dan berbagai macam jenis obat. Ia bersandar pada dinding sambil melipat kedua tangannya kedada dan memejamkan matanya ia benar-benar khawatir dengan kondisi adiknya.

Tak lama pintu ruangan itu terbuka, Fahri yang menyadari itu langsung mendekat kearah dokter "Gimana keadaan adik saya, dok"

Dokter wanita paruh baya itu tersenyum. "Adek bapak hanya kecapean, dan demam. Tapi bapak tenang saja demamnya tidak terlalu tinggi kok"

"Alhamdulillah, tapi ia bisa langsung dibawa pulangkan kan?"

Dokter itu mengangguk "Bisa pak, oiya ini obatnya nanti bisa bapak tebus di apotek depan ya" Fahri menerima selembar kertas yang diberikan oleh dokter "kalo begitu saya permisi"

Fahri memasukan kertas itu kedalam saku kemejanya dan langsung masuk kedalam ruangan berbau obat itu. "Dek!" Fahri duduk di tepian ranjang adiknya, lalu ia mengecup tangan kanan sang adik. "Cepat sembuh"

Cinta Dalam Ikhlas [TERBIT] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang