Melepasmu walau sulit😓

1.4K 116 48
                                    

"Ayo Key, sebentar aja. Pliss," imbuh seorang dengan menarik tangan sahabatnya.

"Nanti aja yha, aku males kalo harus sekarang."

"Nggak, pokonya sekarang. Ayok."

"Ra, mengertilah."

"Bantu aku, Key. Sekali aja, untuk pertama dan terakhir kalinya."

Keyla menarik napasnya gusar, ia benar-benar sedang berada dalam fase malas, iya malas untuk kemana-mana. "Baiklah."

Azira tersenyum bahagia. Keduanya beriringan menuju gerbang pesantren untuk menemui seseorang. Sesampainya disana mereka sudah disuguhi dengan mangsanya. "Nah itu dia, ayok."

"Kamu!" Sambut Adrian saat melihat Azira. "Ada apa lagi?"

"Ini." Azira memberikan paper bag yang dibawanya. "Untukmu, untuk mengganti makanan yang tadi pagi."

Adrian melirik Keyla yang sedang bersandar pada pintu pagar, tak lama senyumnya mengembang. "Hey, Nadyra." Gadis itu menoleh. "Tolong pegang laptopku dulu," kata Adrian yang diakhiri cengiran. Tak ingin banyak bicara gadis itu mengambil alih laptop yang dipegang Adrian.

"Dan untukmu, gadis yang tak kuketahui namanya. Tolong kasih kue itu pada kakek yang sedang memungut sampah itu." Adrian menunjuk kakek disebrang pesantren yang tengah memungut sampah. "Bisa?" Azira mengangguk sejutu.

"Aku keluar sebentar mumpung belum pukul lima, ada yang perlu kubeli." Setelah mengatakan itu Adrian pergi dengan mengendarai mobilnya. Adrian memang membawa, hp, laptop, dan mobil kepesantren, bukan apa memang itu dilarang tapi statusnya disini bukan hanya santri tapi juga mahasiswa.

"Key, tunggu sebentar yha. Aku kesana dulu." Keyla mengangguk, ntahlah ia sedang malas untuk berdebat.

Netra gadis itu menatap laptop Adrian yang masih terbuka. Ia duduk lesehan di pinggir pagar. Dengan jahil tangannya mengotak-atik isi laptopnya sampai ia berjumpa dengan sebuah Albun photo. Disana ada foto Adrian dengan seseorang yang tak dikenalinya, ntah kenapa moodnya kembali normal saat melihat foto itu. Jika dipikir-pikir ia pernah bertemu dengan orang itu, tapi dimana?

Tak lama ada panggilan vidiocall masuk yang membuyarkan lamunannya. "Bang Ryan," lirihnya. Dengan percaya diri ia mengangkat telpon itu. Ryan yang sedang meminum teh terbatuk saat tau siapa yang mengangkat telponnya.

"Adrian mana?" Tanya Ryan disebrang sana.

"Keluar, katanya ada yang ingin ia beli."

"Kamu temannya? Atau janga-"

"Bukan-bukan, hanya teman pondok saja."

Ryan terkekeh disebrang sana. "Santai aja gak usah tegang, meski kamu kekasihnya gak akan aku makan kok."

"Bukan gitu, takut terjadi salah paham saja."

"Kamu orang mana?" Tanya Ryan tiba-tiba.

"Madura."

"Madura sampang?"

"Iya, kok tau?"

Ryan tersenyum. "Hanya nebak saja, tidak lebih. Aku juga punya guru disana, Kyai Harist namanya, kamu kenal?"

"Iya kenal. Mainlah kemadura sekalian hunting."

"Insya Allah, cepat atau lambat aku akan kesana."

***

Memantapkan hati untuk seseorang itu tidaklah mudah, apalagi jika kita harus sehidup sesurga bersamanya. Pria itu menatap buku tabungannya, ada raut kesedihan dihatinya.

Cinta Dalam Ikhlas [TERBIT] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang