"Panggilan kepada Lia kelas 11-1, ditunggu di ruang direktur sekarang."
Suara Madam Sora dari speaker itu terdengar ke seluruh penjuru sekolah."Li, itu lo dipanggil," ucap Chaeryeong. Chaeryeong dan Lia sedang berada di taman depan gedung kelas.
"Beneran? Gue tadi gak denger."
"Sekali lagi, panggilan kepada Lia kelas 11-1, ditunggu di ruang direktur sekarang."
"Tuh kan, bener lo dipanggil."
"Yaudah, gue kesana dulu." Lia melambaikan tangannya pada Chaeryeong lalu bergegas ke ruang direktur.
'Pak direktur masih disini? Gue harus ngomong apa?' Lia memukul keningnya.
Setelah sampai di depan pintu ruang direktur ia mengetuk pintunya.
"Masuk," sahut seseorang dari dalam sana.
Ia masuk ke ruangan dan disana ada Pak Jaehyuk duduk di kursinya.
"Ada perlu apa bapak memanggil saya?" tanya Lia yang sedang berusaha menghilangkan kegugupannya.
"Benar kamu tadi malam mendengar percakapan saya dengan Soobin?" tanya Jaehyuk langsung pada intinya.
"Benar, pak," jawab Lia sambil menunduk. "Maaf, saya tidak sengaja dengar, saya juga gak berniat untuk nguping pembicaraan kalian. Maafkan saya, pak."
"Setelah saya lihat data kamu, kamu sekolah disini karena dapat beasiswa." Jaehyuk membuka lembaran file data-data Lia. "Kalau kamu membocorkan rahasia ini, beasiswa kamu jadi taruhannya."
Lia tertegun. "Bea-beasiswa saya?"
Ia memang bersekolah disana karena dapat beasiswa. Jika tidak dapat beasiswa ia mungkin tidak akan bisa sekolah di Ethereal School. Ia berasal dari keluarga sederhana yang penghasilan ayahnya hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari saja. Jadi alasan Lia hanya belajar dan belajar adalah supaya ia bisa meringankan beban orang tuanya.
"Iya, jika kamu membocorkannya, beasiswa kamu akan dicabut. Bagaimana?" ujar Jaehyuk.
Lia tidak punya pilihan selain menyetujui perintah Jaehyuk. "Baik, akan saya rahasiakan."
Jaehyuk tersenyum. "Bagus, saya boleh minta bantuan kamu?"
"Bantuan apa?"
"Kamu bisa bantu Soobin belajar? Saya dengar kamu mendapat peringkat pertama di ujian kemarin."
"Bisa, pak," jawab Lia ramah.
"Terima kasih. Kamu boleh keluar."
"Sama-sama, saya permisi," ucap Lia kemudian keluar ruangan.
Soobin mendengar ucapan Madam Sora di speaker. 'Papa masih disini?' batinnya lalu langsung bergegas ke ruangan papanya.
Melihat Lia baru saja keluar dari ruangan papanya, Soobin menghadangnya. "Papa ngomong apa sama lo?"
Lia merasa Soobin tidak perlu tahu tentang beasiswanya. "Gak ngomong apa-apa, cuma minta rahasiain."
"Bohong," ungkap Soobin menatap lekat mata Lia.
"Bener kok, emang ngomong apa lagi?" ucapnya. "Gue duluan." Lia ingin cepat pergi dari hadapan Soobin saat ini.
Soobin menarik pergelangan tangan Lia dan membuat Lia kembali menghadapnya lalu menatap siswi itu dengan tajam. "Kasih tahu gue!" ancam Soobin.
Lia sedikit takut melihat Soobin marah seperti itu. Ia akhirnya menyerah dan memberitahunya. "Emm, itu, kalau gue ngebocorin rahasianya, beasiswa gue jadi taruhannya," ucapnya sambil mengalihkan pandangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hidden Truth [√]
FanfictionTentang pertemuan dua orang yang sama-sama rapuh, sama-sama menyembunyikan kepedihannya dengan caranya masing-masing. Hingga akhirnya saling melengkapi dan menguatkan satu sama lain. Juga tentang suka duka kisah cinta dan persahabatan sepuluh remaja...