[23] Almost

2.1K 420 40
                                    

vommentnya jangan lupa~

.

.

Hari-hari berjalan dengan baik. Itulah yang Lia rasakan dua minggu terakhir ini. Siswa-siswi sudah tidak terlalu mengungkit-ngungkit kejadian dimana Lia dituduh menyontek saat ulangan akhir lalu. Ryujin juga sudah tidak lagi merundungnya. Lia tak tahu apa alasan Ryujin, ia bahkan tidak pernah mengobrol berdua dengannya lagi sejak terakhir kali cewek itu merundungnya.

Seharusnya bulan kemarin Lia mengikuti olimpiade matematika namun dibatalkan hanya karena ketahuan menyontek saat ulangan akhir lalu. Walaupun sebenarnya bukan ulahnya tetapi tetap saja namanya sudah tercoreng. Pada akhirnya sekolah tidak jadi mengirimkan murid untuk mengikuti lombanya.

Memang semuanya berjalan dengan baik. Tapi bagi Lia seperti ada sesuatu yang hilang akhir-akhir ini.

Lia berjalan sendirian di lorong kelas. Ia hendak ke ruang guru untuk mengumpulkan buku tugas teman-teman sekelasnya. Dijalan ia berpapasan dengan cowok jangkung yang bermuka datar.

"Soo—" Lia ingin menyapa tetapi cowok itu berlalu begitu saja tanpa sedetik pun meliriknya. Ia menoleh ke belakang memperhatikan punggung cowok itu yang menjauh.

Dia. Ya, dia yang hilang bagi Lia. Terakhir kali Lia mengobrol dengan Soobin adalah saat di pemakaman, setelah hari itu dia benar-benar hilang dari jangkauan Lia.

"Karena lo adalah orang yang bisa membuat gue bahagia dan tersenyum lagi setelah sekian lama."

Dia menjauh setelah mengatakan itu saat di pemakaman. Huh, yang benar saja.

Jujur saja kini Lia mulai menyukai cowok itu. Entah sejak kapan hatinya jadi tak karuan dengan semua yang dikatakan ataupun yang dilakukan Soobin. Awalnya Lia pikir cowok itu juga menyukainya, namun setelah apa yang terjadi sekarang Lia jadi berubah pikiran.

Lia yakin Soobin hanya merasa kasihan padanya karena cowok itu secara tidak sengaja selalu melihatnya ketika sedang dirundung. Kenapa Lia bisa yakin begitu? Buktinya sekarang saat sudah tak ada lagi yang merundungnya cowok itu juga menjauh darinya. Bukankah sudah jelas?

"Lia."

"Kak Yeonjun?"

"Mau kemana?" Yeonjun menyamakan langkahnya dengan Lia.

"Ke ruang guru, lo mau kemana?"

"Sama, gue juga mau ke sana." Pandangan Yeonjun beralih pada tumpukan buku yang dibawa Lia. "Sini gue bantu bawain."

"Gak usah, gak berat kok," tolak Lia.

Yeonjun mengambil separuh buku yang dipegang Lia. "Gak apa-apa kali, lagian gue juga gak bawa apa-apa."

Yeji yang tadinya ingin menghampiri Yeonjun mengurungkan niatnya karena cowok itu sudah pergi bersama Lia. Ia segera melangkahkan kaki ke arah yang berlawanan dengan mereka.

"Soobin," panggil Yeji saat melihat adik kelasnya itu sedang berjalan tak jauh darinya.

Soobin menengok ke belakang dan mendapati Yeji yang tengah mengahampirinya.

"Kenapa, Kak?" tanya Soobin setelah Yeji berada di sampingnya.

"Enggak sih manggil doang."

Soobin yang tidak terlalu memedulikan kakak kelasnya itu memilih lanjut berjalan. Yeji juga ikut berjalan di sebelah Soobin karena kebetulan tujuan mereka searah.

Tiba-tiba Yeji jadi teringat sebuah foto yang ia lihat di ponselnya Yeonjun saat School Anniversary beberapa minggu lalu. Ia sudah mencoba bertanya berkali-kali kepada Yeonjun namun cowok itu selalu mengalihkan pembicaraan. Hal itu tentu saja membuat ia jadi makin penasaran.

Hidden Truth [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang