"BANGUUN KAK!!"
Teriakkan keras Soobin yang dibarengi dengan lemparan bantal membuat Yeonjun langsung terbangun dari tidurnya. Yeonjun menatap sekitar dengan linglung. Tunggu, ini kan bukan kamarnya. Ah, ternyata ia ketiduran di ruang TV.
"Apa sih, Bin? Pagi-pagi udah ngegas aja," kesal Yeonjun.
Soobin melirik ponsel Yeonjun yang tergeletak di atas meja. "Hape lo dari tadi bunyi tuh! Berisik njir."
"Biarin aja, paling alarm," sahut Yeonjun malas sambil kembali membaringkan badannya di sofa.
"Alarm apanya? Itu telepon dari Kak Yeji."
Sontak Yeonjun terduduk lalu buru-buru meraih ponselnya. Sial, ia lupa kalau pagi ini sudah janji pada Yeji untuk mengantarnya kuliah.
"YEONJUN KENAPA BELUM DATENG!"
Yeonjun sedikit menjauhkan ponselnya ketika pekikan Yeji terdengar setelah ia mengangkat teleponnya. Huh, baru beberapa menit membuka mata, Yeonjun langsung mendapat dua teriakkan sekaligus.
"Iya, iya. Lagi otewe nih. Sebentar lagi sampe kok," dusta Yeonjun.
"Yaudah cepetan!"
Kemudian sambungan telepon diputus oleh Yeji. Yeonjun pun segera ngacir ke kamarnya untuk bersiap-siap sambil merutuki dirinya sendiri karena telat bangun. Gawat, pikir Yeonjun pasti nanti Yeji akan marah padanya. Karena menurut Yeonjun, Yeji kalau marah mirip singa, serem banget cuy!
Soobin hanya tertawa kecil melihat Yeonjun. "Untung Lia gak kayak singa," gumamnya.
Tak terasa satu tahun lebih sudah berlalu. Kesepuluh remaja itu sekarang sudah menjadi mahasiswa di universitas yang sama. Hampir setiap hari mereka selalu menyempatkan diri untuk berkumpul bersama. Seperti contohnya sore ini, mereka bersepuluh sudah janjian untuk bertemu di sebuah cafe.
Soobin duduk terdiam sambil memandang Lia yang sejak tadi sibuk sendiri dengan laptopnya-sedang mengerjakan tugas. Baru mereka berdua yang sudah tiba di cafe, yang lainnya masih di jalan katanya.
"Laptop mulu yang diperhatiin, guenya nggak?" tanya Soobin yang sejak tadi diabaikan.
"Sebentar, Sobiiin. Dikit lagi selesai kok," sahut Lia tanpa mengalihkan atensinya dari layar laptop.
"Oh, jadi pentingan itu dari pada gue?"
"Nah, itu tau," ujar Lia lalu terkekeh kecil. Ia pun segera mematikan laptopnya karena tugasnya sudah selesai.
Soobin pun mendengus lalu mengacak puncak kepala Lia gemas. "Huh, untung sayang."
Sepersekian detik kemudian terlihat Chaeryeong dan Taehyun berjalan memasuki cafe. "Chaeryeong, Taehyun, sini," panggil Lia seraya mengisyaratkan mereka untuk mendekat.
"Baru kalian aja nih? Yang lain belum dateng?" tanya Taehyun sesudah menduduki kursi di meja yang sama dengan Sokbin dan Lia.
Soobin menyahuti. "Udah tau pake nanya."
"Yee, sialan lu, Bin. Gue tanya baik-baik juga," sungut Taehyun. Sedangkan Soobin malah terkekeh tanpa dosa.
"Gak enak!" ujar Chaeryeong tiba-tiba setelah menyeruput secangkir kopi yang tadi dipesannya. Jadi tadi Chaeryeong memesan kopi yang belum pernah ia coba.
Sontak Taehyun menoleh pada Chaeryeong. "Gak enak kenapa?"
"Pahit banget."
"Minumnya sambil liat gue aja biar manis," kata Taehyun sembari menunjukkan senyum termanisnya pada Chaeryeong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hidden Truth [√]
FanfictionTentang pertemuan dua orang yang sama-sama rapuh, sama-sama menyembunyikan kepedihannya dengan caranya masing-masing. Hingga akhirnya saling melengkapi dan menguatkan satu sama lain. Juga tentang suka duka kisah cinta dan persahabatan sepuluh remaja...