02. Murid Baru

28.8K 1.1K 17
                                    

Senin,

Selamat datang kembali hari senin. Hari yang Sylvia suka tentunya. Entahlah, giliran murid lain mengeluh ia malah bersemangat.

Ia berangkat sekolah bersama Lans, setiap hari memang bersama Lans. Diingatkan lagi yang umurnya masih 15 tahun yang terbilang sangat dini untuk mengendari sebuah kendaraan. Ktp saja belum punya.

Selama perjalan menuju sekolah keadaan di dalam mobil hening. Tidak juga, ada musik yang diputar untuk membuyarkan keheningan.

Sylvia melihat keluar jendela sambil melamun. Meratapi nasibnya yang sangat miris untuk seorang gadis seusianya. Apakah diluar sana ada yang mengalaminya seperti dirinya? Ataukah ada yang lebih parah lagi? Bagaimana mereka sanggup sedangkan dirinya sangat lelah sudah. Tapi satu yang perlu diuntungkan dari dirinya. Ia tidak melakukan hal-hal gila yang membahayakan dirinya. Memang dirinya bisa dibilang gadis yang kuat.

Setelah 30 menit, baru sampai di sekolah mereka. SMA Merak, yang mempunyai murid super duper banyak dan sekolah yang paling populer di kota jakarta ini. Murid-muridnya pun pasti cerdas-cerdas. Banyak anak remaja lainnya yang ingin memasuki SMA ini. Namun, tidak semudah itu. Untuk memasuki SMA ini akan diadakan test. Apakah ia murid yang pantas atau tidak memasuki SMA ini. Ketat memang. Tapi memang begitu adanya.

Sylvia menutup pintu mobil. "Bang, Sylvi duluan ya." Pamitnya dan mengecup singkat pipi Lans.

Lans mengacak rambut Sylvia gemas. "Iya sana gih, belajar yang bener." Pesannya.

"Pasti!" Semangat Sylvia.

Ia berjalan di koridor yang dapat tatapan memuja dari murid lainnya. Bisa dibilang ia gadis populer di sekolah ini ya walaupun ia masih junior.

Sesekali dirinya membalas sapaan orang-orang yang berpapasan dengan senyuman yang terbilang sangat manis. Banyak yang iri dengan dirinya. Sudah dari kalangan anak orang kaya, pintar, cantik bak dewi yunani. Hampir mendekati sempurna, itu penilaian orang dari luar saja. Mereka tidak tau saja jika mereka memasuki dunianya lebih dalam lagi maka mereka akan melihat kesedihan-kepedihan dari diri Sylvia.

Fake smile,

Iya, selama ini ia menutupi kesedihannya dengan senyuman. Seperti ia ingin mengatakan pada dunia bahwa dirinya baik-baik saja.

Letak kelas X Ipa 4 berada di dasar sekolah yang memudahkan dirinya untuk cepat sampai di kelasnya.

Ia menaruh tasnya di bangku miliknya. Ia duduk paling depan dengan sahabatnya --Nita. Iya, hanya Nita saja yang bersahabat dengan dirinya. Karena, ia tidak ingin memiliki Fake Friend.

"Selamat pagi semua!" Teriak seseorang.

"Pagi juga Nita." Ucap murid-murid membalas sapaan Nita. Terkecuali Sylvia. Ia hanya memutar bola matanya malas dengan kelakuan sahabatnya itu.

Nita menuju kebangkunya yang disamping Sylvia dan menaruh tasnya tanpa duduk.

Ia mengambil topinya di dalam tas. "Syl, bentar lagi upacara. Ayo gih ke lapangan." Ajaknya dan memasang topi tersebut dikepalanya.

Sylvia pun memasang topi miliknya dan beranjak dari duduknya. "Ayo!" Semangatnya dengan senyum bahagiannya. Masih ingatkan bahwa itu Fake. Ia pandai berakting untuk menutupi luka hatinya. Seharusnya ia mendapatkan mendali untuk ini.

The Devil Cruel [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang