Pre Order akhir Juni 2021
Untuk info lebih detail, bisa pantau IG aku (nadianisa13) dan IG Penerbit (loveable.redaksi)Kring!! Bunyi lonceng dari pintu toko bunga terdengar, pertanda seseorang memasuki toko bunga kecil milik Ayah. Hafsah Flower, itulah nama toko bunga yang didirikan Ayah dan almarhumah Ibu sejak mereka baru menikah.
Salah satu peninggalan Ibu yang membuatku selalu rindu padanya, Allah subahannahu wata’ala memberika rezekinya lewat bangunan kecil yang penuh dengan bunga ini.
Aku Hafsah Dzuhurina Amanatullah anak dari pasangan Ummar dan almarhumah Masitha. Usiaku masih sembilan belas tahun, aku juga tengah berkuliah di salah satu universitas islam yang ada di Jakarta dengan prodi ekonomi syariah.
Baru semester tiga sih, tapi ya aku bersyukur masih diberi kesempatan oleh Allah untuk berkuliah. Oh iya, aku adalah anak tunggal. Jadi teman hidupku saat ini hanya Ayah.
Ibu meninggal karena sakit demam berdarah saat aku masih berada di bangku kelas empat sekolah dasar.
Rasanya ditinggal orang yang sangat kita cintai benar-benar sangat menyakitkan, apalagi itu adalah seorang Ibu. Masa itu adalah patah hati terbesar dalam sejarah hidupku.
Aku rindu sosoknya, rindu suaranya, dekapannya, dan rindu setiap inci wajah Ibu, ingin memandang namun hanya mampu dipandang lewat sebuah bingkai kecil yang bertengger di atas meja belajarku saja.
Aku belum sempat berbakti padanya, belum sempat memberinya kebahagiaan, belum sempat membuatnya tersenyum, namun Allah sudah memanggilnya.
Kini hanya ada lantunan doa untuknya sebagai tanda kasih sayang, dan cinta yang aku miliki. Ibu, aku rindu. Lagi.
“Mbak?”
Aku menoleh ke arah laki-laki yang menutup setengah wajahnya dengan masker. “Ada yang bisa saya bantu Mas?” tanyaku ramah.
Laki-laki yang ada dihadapanku ini diam, dan menatap lurus kearahku. Aku merunduk, berusaha menjaga pandangan.
“Mawar,” ucapnya. Aku kembali mendongak.
“Ya?”
“Bunga mawar? Kamboja? Ada? Bunga tabur?” aku mengerjap. Sebenarnya dia ingin bunga apa? Kenapa terlihat salah tingkah?
“Masnya mau cari bunga untuk siapa?”
“Melamar,” jawabnya cepat.
“Oh, mau melamar ya——"
"Kamu!" Aku kembali menatapnya bingung. Melamar? Kamu? Dia kenapa sih?
"Maksudnya kamu itu apa ya Mas?"
Dia masih diam menatapku. Aku berdehem dan membuatnya memutus pandangan kami.
"Hmmm pacarnya suka bunga apa? Barangkali masnya tahu, tapi jika gak tahu juga gak masalah, nanti saya kasih bunga mawar aja. Lebih cocok kan?” Aku mulai beranjak dari balik meja kasir dan berjalan menuju rangkaian bunga mawar berwarna merah. Dia juga mengikutiku dari belakang.
“Ini bunga mawar merah, bagaimana Mas?”
Dia tampak menggeleng. “Saya gak jadi melamar.”
“Ya?”
“Saya mau melayat,” sambungnya.
“Jadi untuk melayat bukan melamar?” dia tampak mengangguk pelan.
“Saya siapkan bunga taburnya mohon ditunggu,” ucapku sebelum pergi ke ruang belakang untuk menyiapkan pesanan berupa bunga tabur.
Aneh, baru kali ini aku mendapat pelanggan seperti itu, acara melamar diganti dengan melayat. Dia kenapa sih?
![](https://img.wattpad.com/cover/218054276-288-k771990.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Atlas [Sudah Terbit]
Romance📌PART MASIH LENGKAP ⚠️ Cerita ini menimbulkan efek samping seperti, bengek berlebihan, sakit perut, sakit pipi, mengeluarkan air mata karena terlalu banyak tertawa, dan juga menimbulkan sensasi baper berkepanjangan⚠️ Perkenalkan, saya Atlas. Sebe...