Pre Order akhir Juni 2021
Untuk info lebih detail, bisa pantau IG aku (nadianisa13) dan IG Penerbit (loveable.redaksi)Atlas menjadi tidak enak hati karena mengajak Hafsah ke rumah sakit tanpa persetujuan istrinya terlebih dahulu.
Kalau saja Hafsah mengatakan bahwa dia takut datang ke rumah sakit, maka Atlas tidak akan membawanya secara mendadak.
Saat di apotek setelah keluar dari parkiran rumah sakit…
"Kok gak bilang sih kalau Adik takut rumah sakit?"
"Abang gak tanya," jawab Hafsah.
"Iya juga, tapi harusnya Adik cerita. Maaf ya."
"Dulu sih, karena Ibu meninggal di sana. Jadi kalau ke rumah sakit ingetnya Ibu. Makanya Adik males dan takut," balas Hafsah.
"Sekarang Abang tanya, apa lagi yang gak Abang tahu dari Adik?"
"Emm… Adik suka natap wajah Abang kalau Abang tidur duluan hehe…"
Atlas menahan senyumnya saat mendengar jawaban polos dari Hafsah, rasanya dia bahagia bahwa ternyata, Hafsah melakukan hal yang sama seperti Atlas.
Atlas membeli alat tes kehamilan sebagai pengganti pergi ke dokter, jika Hafsah benar-benar hamil , Atlas akan memutar cara untuk tetap membawa Hafsah pada dokter kandungan, dia akan meminta bantuan Mamanya nanti.
“Pet, kenapa ?” tanya Bagus yang sedari tadi menyadari Atlas melamun. Atlas menggeleng.
Setelah ke rumah sakit, Atlas pergi ke bengkel bersama Hafsah, istrinya mendadak ingin ikut Atlas bekerja sore ini.
“Nanti lu pulang cepat aja, kasihan Hafsah,” sambung Bagus.
“Iya,” jawab Atlas sambil memindahkan motor pelanggan yang sudah selesai dia kerjakan.
Hafsah sendiri berada di ruang kerja Atlas untuk istirahat sembari menunggu pekerjaan Atlas selesai.
Atlas bahagia bekerja di temani istrinya, tapi hatinya masih dalam mode merasa bersalah atas kejadian beberapa jam lalu.
"Gak usah di pikirin dulu yang tadi, nanti cek pakai tes pack dulu aja," imbuh Bagus. Atlas mengangguk.
Atlas juga telah menjelaskan pada tiga sahabatnya, kenapa Hafsah bisa ikut. Mereka mengerti dan memberi mendoakan agar Hafsah benar-benar Hamil.
“Weh! Makan dulu nih.” Atlas, Alif, dan Bagus, menoleh ke sumber suara. Ada Randi yang berjalan ke arah mereka sambil membawa satu kotak makan berwarna merah.
“Dari siapa?” tanya Alif.
“Nenek Rosa, gue dapat rendang satu kotak. Alhamdulillah…” ucap Randi sambil tersenyum puas.
“Habis bantuin apa, itu kresek yang lu bawa isinya apaan?” tanya Bagus.
“Bantu panjat pohon mangga, ini mangga. Rezeki anak saleh, makanya lu bertiga belajar dari gue biar jadi anak saleh.”
“Gue anaknya Atha,” balas Atlas.
“Gue juga bukan anak Saleh, tapi anaknya Ahmad,” sambung Alif.
“Gue anaknya Rustam,” imbuh Bagus. Randi mengerjap sembari berpikir bahwa dia juga bukan anak Saleh, tapi anak Gozali.
“Iya juga ya, di sini gak ada anak saleh. Ya udah deh gak apa-apa yang penting dapat makan gratis,” ucap Randi.
“Emang dasar goblok dari lahir,” ucap Alif pelan tapi masih terdengar oleh Bagus. Membuat Bagus tertawa akan ejekan Alif untuk Randi.
Setelah itu, mereka bergegas menyelesaikan aktivitasnya masing-masing sebelum menyantap makanan yang telah di dapat dari tetangga.

KAMU SEDANG MEMBACA
Atlas [Sudah Terbit]
Romantizm📌PART MASIH LENGKAP ⚠️ Cerita ini menimbulkan efek samping seperti, bengek berlebihan, sakit perut, sakit pipi, mengeluarkan air mata karena terlalu banyak tertawa, dan juga menimbulkan sensasi baper berkepanjangan⚠️ Perkenalkan, saya Atlas. Sebe...