Bab. 8

49K 6.9K 1.5K
                                    

Pre Order akhir Juni 2021
Untuk info lebih detail, bisa pantau IG aku (nadianisa13) dan IG Penerbit (loveable.redaksi)







Hafsah berjalan cepat setelah Atlas mengatakan hati-hati padanya. Cowok itu telah mengganggu otak dan hati Hafsah setelah acara lamaran yang sangat tiba-tiba.

Hafsah sangat heran, dari mana Atlas mengenalnya hingga cowok itu memantapkan diri untuk melamar.

Jika dipikir-dipikir Hafsah seperti tidak asing lagi dengan perawakan Atlas, dia sepertinya pernah bertemu dengan Atlas, suara Atlas juga tidak asing lagi di telinganya.

Bukan saat donor darah, bukan. Tapi…

“Apa dia yang sering datang ke toko bunga?” Hafsah mengerjap dan mengingat mata yang menatapnya saat di toko bunga.

“Astagfirullah!  Benar itu dia.” Hafsah bergidik ngeri.  Ternyata selama ini Atlas sering menemuinya, cowok itu benar-benar penuh misteri.

Hafsah menghentikan langkah di halte, kali ini dia memutuskan untuk pulang menggunakan angkutan umum.

Dia mengecek gawainya dan mendapat satu pesan masuk dari sang Ayah, bahwa toko bunga sudah tutup sore ini, jadi Hafsah tidak perlu mampir.

Hafsah kembali menyimpan gawainya di dalam tas, tidak lama kemudian angkutan yang dia tunggu datang. Gadis itu bergegas masuk dan duduk.

Baru saja Hafsah duduk dan menghadap pintu keluar, dia dikejutkan dengan sosok cowok berkulit putih yang baru saja ikut menaiki angkutan.

Atlas duduk di hadapan Hafsah, mata keduanya sempat bertemu beberapa detik sebelum akhirnya Hafsah membuang pandangan ke sembarang arah.

Bukannya dia naik motor ya tadi? Terus kenapa sekarang malah naik angkut bareng aku? Ya Allah…lindungi hamba.”

Di dalam angkut hanya ada Hafsah dan Atlas sebagai penumpang, tiba-tiba Atlas bersuara.

“Untung aku naik angkut, kalau tidak bahaya buat kamu.”  Hafsah melirik Atlas sekilas.

“Pulang menjelang magrib itu bahaya, sepertinya kamu memang harus menerimaku. Jadi setelah menikah nanti kamu akan aman. Karena ada aku yang melindungi.”

Mata indah Hafsah membulat sempurna. “Dia memaksa? Astagfirullah…kenapa dia aneh sekali sih. Siapa juga yang memintanya untuk melindungiku?

Hafsah hanya menjawab dalam hati, dia tak berminat mengobrol dengan Atlas, di mata Hafsah, Atlas adalah cowok aneh penuh misteri. Dia harus hati-hati dengannya.

Lima belas menit perjalanan, Akhirnya angkutan berhenti di depan jalan menuju komplek perumahan Hafsah. Atlas turun diikuti Hafsah, cowok itu memberi uang dua puluh ribu pada supir.

“Untuk berdua dan tidak usah kembali.”

“Makasih Mas,” jawab supir angkut. Hafsah menatap Atlas sejenak.

“Aku ganti.”

“Tidak perlu.”

"Oke terima kasih. "

Hafsah melangkah mendahuli Atlas,  dia pikir Atlas tidak akan mengikutinya lagi tapi salah. Atlas justru berjalan dua langkah di depannya. Hafsah sedikit terkejut karena langkah Atlas lumayan cepat.

“Kamu ikutin aku?” tanya Hafsah sambil menatap punggung lebar Atlas.

“Kalau mengikuti itu, berjalan di belakang. Sekarang aku berjalan di depanmu, jadi aku memimpin,” jawab Atlas tanpa menoleh.

Atlas [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang