Bab. 29

40.8K 5.3K 951
                                    

Pre Order akhir Juni 2021
Untuk info lebih detail, bisa pantau IG aku (nadianisa13) dan IG Penerbit (loveable.redaksi)














Ada yang nungguin?

Maaf telat updated, karena habis bantu doraemon pindah rumah 🙏

Gak boleh marah sama author karena nunggu updated :v













Atlas malas sekali jika harus bertemu dengan sosok yang membuatnya emosi, Falih berjalan menghampiri Atlas yang tengah berdiri bersama tiga sahabatnya di tengah lapangan sore ini.

"Mau apa tuh?" bisik Randi.

"Enggak tahu," balas Atlas.

Falih berdiri di hadapan Atlas sembari melempar senyum, senyum yang membuat perut Atlas terasa mual seketika.

"Saya dengar dari Pak Ummar, Hafsah tengah hamil muda ya?" tanyanya. Atlas diam.

"Mohon maaf, anda tanya dengan siapa Pak?" tanya Randi. Falih langsung menunjuk Atlas. Kemudian dia menyodorkan sebuah kresek berwarna putih pada Atlas.

"Hafsah dan kandungannya butuh nutrisi lebih, jadi saya belikan susu hamil," ucap Falih. Atlas masih diam, tatapannya lurus pada mata dosen muda itu.

Atlas seperti terhina saat ini, Falih benar-benar meremehkannya. Atlas beristigfar dalam hati agar tak terbawa emosi.

"Terima saja jangan malu-malu, pasti anda tidak punya uang'kan untuk membeli susu hamil, terlebih anda juga masih mahasiswa."

Alif, Bagus, dan Randi, terkejut atas ucapan menghina dari Falih. Dia tidak tahu apa jika Atlas ini keturuanan Sultan? Bisa-bisanya menghina suami Hafsah yang tampang kalem tapi sebenarnya uang banyak.

"Semoga Hafsah menyesal telah memilih anda," sambung Falih.

"Bacot banget emang!" teriak Randi dan membuat Atlas, Alif, serta Bagus terkejut. Masalahnya, mereka baru mendengar Randi mengatakan hal tadi. Lihatlah, bukan Atlas yang marah melainkan Randi.

"Gak usah hina sahabat gue ya! Jangan mentang-mentang jadi dosen ya! Gue sumpahin di pecat baru tahu rasa!"

"Sabar Dor ... sabar, gak boleh hujat, dosa!" Alif berusaha menenangkan Randi.

"Lihat tuh Lif, dia asal bacot, kesel gue!"

"Hus! Gak boleh ngomong kasar, yang boleh cuma gue," balas Alif. Falih menjauhkan tangannya dari Atlas yang tak kunjung menerima bingkisan darinya.

"Kok elu curang sih? Gue juga mau ngomong kasar sama tuh orang!" Randi tidak terima pada Alif.

"Eh, cuma gue yang di ciptakan untuk galak di sini! Elu gak usah iri," balas Alif.

"Gak bisa, pokoknya gue mau ngomong kasar sama tuh dosen muda gak ada akhlak, gue mau santet online juga, enak aja hina sahabat gue!" Randi langsung menatap Falih.

"Eh lu, asal lu tahu ya. Peta itu keturunan sultan sejak lahir. Tampangnya aja kalem kaya gak ada duit, tapi tabungannya banyak. Elu gak ada apa-apanya sama Peta, jangan sombong!" hardik Randi. Falih hanya memberi senyum mengejek.

"Tahu lu, baru jadi dosen aja sombong. Harta itu titipan Allah. Semoga Allah ambil tuh harta lu, biar miskin. Mampus!" sambung Alif.

Bagus menghela napas pelan, astagfirullah... dua orang ini kalau sudah emosi, hobi menghujatnya keluar.

Atlas [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang