Bab. 9

49.6K 6.6K 1.2K
                                        

Pre Order akhir Juni 2021
Untuk info lebih detail, bisa pantau IG aku (nadianisa13) dan IG Penerbit (loveable.redaksi)












Ayah menghela napas pelan setelah membaca CV ta’aruf dari Atlas, aku tidak yakin jika Ayah akan mengiyakan niat baik Atlas.

Masalahnya, raut wajah Ayah sudah dapat terbaca jika beliau akan menolaknya.

“Kalian masih terlalu muda.” Ayah menaruh laptopku di atas meja. Benar kan, pasti Ayah tidak yakin karena usia Atlas masih sangat muda, dan aku. Satu tahun di bawahnya.

Dari segi iman, insya Allah jika Atlas baik, dari segi keluarga, Atlas lahir dari keluarga baik-baik, dia menulisnya sendiri di CV. Ayahnya seorang pengusaha besar di Indonesia, Kakek Neneknya memiliki pondok pesantren di kawasan Jakarta.

Masalah otak? Atlas termasuk kategori cowok pintar, dia melampirkan beberapa foto sertifikat dan kejuaraan apa saja yang pernah dia ikuti. Salah satu hal yang membuatku tertarik, dia pemenang lomba adzan dan tilawah tingkat provinsi pada masa SMA.

Atlas cowok yang jujur, dia baik dan juga penuh misteri. Aku juga ingin mengenalnya lebih jauh, namun jika Ayah tidak merestui. Maka aku akan mengurungkan niatku itu dan melupakan Atlas.

“Katakan pada dia, Ayah tidak bisa menerimanya.” Dan ya,  Ayah langsung menolak. Tapi tunggu, bukannya saat Atlas datang Ayah memberi syarat padanya.

“Bukankah Ayah memberi syarat pada Atlas?” tanyaku dan langsung membuat Ayah menoleh ke arahku.

“Kamu tahu dari mana? Jangan bilang menguping?!” tanya Ayah tegas. Matilah aku! Ketahuan kan jika kemarin aku menguping pembicaraan Ayah dan Atlas.

“Maaf.” Aku merunduk.

“Bilang baik-baik, pasti dia paham.”

“Tapi Atlas pemuda baik, bukannya jika ada pemuda——"

“Jika ada pemuda baik yang datang melamar putri Ayah, maka sebaiknya di terima ? Itu yang mau kamu katakan?” tanya Ayah tegas. Nyaliku semakin ciut jika sudah mendengar nada tegas milik Ayah.

Aku pernah membaca salah satu buku yang membahas tentang khitbah. Di situ tertulis bahwa Rasulullah mengatakan,

إِذَا خَطَبَ إِلَيْكُمْ مَنْ تَرْضَوْنَ دِيْنَهُ وَخُلُقَهُ فَزَوِّجُوْهُ، إِلاَّ تَفْعَلُوا تَكُنْ فِتْنَةٌ فِي الْأَرْضِ وَفَسَادٌ عَرِيْضٌ

“Apabila seseorang yang kalian ridhai agama dan akhlaknya datang kepada kalian untuk meminang wanita kalian, maka hendaknya kalian menikahkan orang tersebut dengan wanita kalian. Bila kalian tidak melakukannya niscaya akan terjadi fitnah di bumi dan kerusakan yang besar.” (HR. At-Tirmidzi no. 1084, dihasankan Al-Imam Al-Albani t dalam Al-Irwa’ no. 1868, Ash-Shahihah no. 1022)

Abu Hatim Al-Muzani juga menyampaikan hadits yang sama namun dengan lafadz sedikit berbeda:

إِذَا جَاءَكُمْ مَنْ تَرْضَوْنَ دِيْنَهُ وَخُلُقَهُ فَأَنْكِحُوْهُ إِلاَّ تَفْعَلُوا تَكُنْ فِتْنَةٌ فِي الْأَرْضِ وَفَسَادٌ

Atlas [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang