Pre Order akhir Juni 2021
Untuk info lebih detail, bisa pantau IG aku (nadianisa13) dan IG Penerbit (loveable.redaksi)Beberapa bulan kemudian…
Hafsah baru saja pulang dari membeli sayur di warung dekat rumah Bu RT. Dia mengelus perutnya yang telah membuncit, padahal baru enam bulan, tapi sudah terlihat seperti sembilan bulan saja.
Sore nanti dia juga akan kembali ke Bidan Erna untuk USG, selama ini kandungan Hafsah tidak ada masalah, baik ibu dan anaknya sehat. Syukur Alhamdulillah… meski terkadang Hafsah sering mengalami cepat lelah, tapi itu wajar di alami oleh ibu hamil.
“Sudah pulang?” tanya Ummar saat melihat Hafsah yang duduk di kursi makan sembari beristirahat. Hafsah mengangguk.
“Ayah?”
“Iya.” Ummar menatap putrinya serius.
“Tadi, pas aku beli sayur, ada Mbak Fifik.”
“Anaknya Bu RT yang lagi hamil delapan bulan itu?” tanya Ummar untuk memastikan. Hafsah mengangguk.
“Kenapa memang?”
“Masa besar perutnya lebih besar aku ya? Padahal aku baru enam bulan.” Tanya Hafsah. Ummar tersenyum menatap putrinya yang sebentar lagi akan menjadi seorang Ibu.
“Kamu’kan hamil kembar, wajar kalau lebih besar perutmu Nak.” Hafsah mengangguk.
“Iya juga sih, ternyata rasanya hamil seperti ini, lucu. Ada nyawa di dalam perut orang bernyawa,” ucap Hafsah. Tangan Ummar terulur untuk mengelus puncak kepala putrinya yang terbalut khimar instan berwarna hitam.
“Sehat- sehat ya putri dan cucuku.”
“Aamiin,” balas Hafsah diakhiri senyum.
Ummar selalu mendoakan hal yang terbaik untuk Hafsah, beliau terkadang merasa cemas jika membayangkan Hafsah melahirkan, banyak ibu muda yang tidak mampu bertahan saat melahirkan, tidak jarang bayi mereka meninggal karena prematur. Nauzubillah… semoga Hafsah dan bayi selamat.
Atlas merunduk, sesekali dia berdecak kesal karena kali ini dia tidak satu kelompok dengan Bagus dan Alif. Hanya ada Randi di sisinya.
Dia kesal karena harus bersama dengan dua cewek yang sedari tadi ingin tahu saja tentang kehidupannya.
Gara-gara Randi yang ceplas-ceplos menyebut nama Hafsah, dua cewek yang ada di hadapan Atlas sekarang bagai dua polisi yang tengah menyelidiki kasus.
"Masa kamu udah nikah sih Tlas?" tanya Fiya untuk kesekian kalinya. Atlas diam sembari mengetik tugas untuk presentasi nanti.
"Sama Hafsah junior kita? Ah… gue gak percaya!" imbuh Gita.
Padahal Atlas sudah menjawab iya berkali-kali, tetap saja tidak percaya.
"Eh Nenek gerandong dan bayi bajang!" tegur Randi. Fiya dan Gita tidak terima di panggil seperti itu oleh Randi.
"Apa sih bapaknya semua kartun! Kita tuh punya nama ya!" Gita melotot.
"Gue juga punya nama," balas Randi tak mau kalah. Atlas memijat pangkal hidungnya, rasanya tidak kuat satu kelompok dengan spesies seperti mereka.
Di saat kelompok yang lain sibuk dengan tugas, kelompok Atlas justru meributkan hal yang tidak penting.
"Jangan sok ganteng lu Ran!" hardik Gita.
"Lu juga jangan sok cantik bayi bajang! Mau jadi pelakor lu?!"

KAMU SEDANG MEMBACA
Atlas [Sudah Terbit]
Romance📌PART MASIH LENGKAP ⚠️ Cerita ini menimbulkan efek samping seperti, bengek berlebihan, sakit perut, sakit pipi, mengeluarkan air mata karena terlalu banyak tertawa, dan juga menimbulkan sensasi baper berkepanjangan⚠️ Perkenalkan, saya Atlas. Sebe...