Bab. 34

46.2K 5.7K 1K
                                    

Pre Order akhir Juni 2021
Untuk info lebih detail, bisa pantau IG aku (nadianisa13) dan IG Penerbit (loveable.redaksi)










Hallo guys, alhamdulillah …
Akhirnya bisa up Atlas juga

Eh btw, pada dapat THR kaga nih ? :v

Semoga pada dapat ya biar bisa beli IYE versi cetak 😂

#authormintatabok :v





















Terkadang banyak orang-orang yang selalu membicarakan kehidupan orang lain, mengatakan tentang hal yang hanya bisa mereka lihat dari luar saja tanpa mengetahui kehidupan yang sebenarnya.

Atlas juga merasakan hal seperti itu, terkadang dia selalu dianggap anak yang menempel pada orangtua. Menempel dalam arti, hidup selalu di biayai dan di tanggung orangtua

Padahal selama ini Atlas bekerja keras juga untuk menghidupi keluarga kecilnya.

Sejak masih lajang pun, Atlas sudah mandiri. Buktinya, dia membuka bengkel dengan tiga sahabatnya. Bengkel Peta.

Tetap saja, ada orang yang menganggap Atlas hidup enak tanpa kekurangan. Setiap Atlas di bilang, hei, hidupnya enak ya. Banyak uang terus. Dia hanya mengaamiini saja, toh ucapan adalah doa.

Atlas menatap saldo ATMnya, dia baru saja mengambil uang dari sana untuk membeli perlengkapan anak kembarnya. Setelah dari kampus, dia mampir sebentar ke ATM dan berniat membeli perlengkapan yang masih kurang nanti, sepulang dari bengkel.
Tidak terasa, kini kandungan Hafsah memasuki usia delapan bulan.

Sebentar lagi Atlas akan menjadi seorang Papa yang sesungguhnya. Siap tidak siap, takdirnya seperti ini. Di usia yang baru dua puluh tahun, dan masih kuliah semester enam, Atlas akan merubah kehidupannya kembali.

Tanggung jawabnya bukan hanya sebagai anak dan suami, tapi juga menjadi seorang Papa. Belajar dari Papa dan Ayah mertuanya, Atlas selalu menyiapkan mental untuk menghadapi segala situasi barunya nanti.

“Mau beli perlengkapan bayi apa lagi Pet?” tanya Randi yang tengah duduk di atas motor sportnya sembari menunggu Atlas selesai dari ATM.

“Bajunya kemarin masih kurang, mau beli bantal buat bayi juga. Jangan sampai nanti anak gue rebutan,” balas Atlas sambil naik ke atas motornya. Randi tertawa pelan.

“Gue bayangin elu urus anak tiga, anaknya nangis semua lagi. Auto sorak gembira sambil mengatakan, selamat sakit kepala Peta,” ucap Randi di sela-sela tawanya. Atlas menatap tajam Randi sebelum mengenakan helmnya.

“Gue berdoa, semoga lu gak jodoh sama Kak Qilla!”

“Eh! Amit-amit! Jodoh Ya Allah… aamiin.” Randi paling panik jika Atlas sudah menyumpahinya seperti tadi. Karena restu Atlas itu penting, karena Atlas saudara Qilla.

Setelah itu, mereka bergegas untuk ke benkel menyusul Alif dan Bagus yang sudah di sana sejak sepuluh menit lalu.

Atlas tidak sabar menunggu anak-anaknya lahir ke dunia, tapi dia juga takut membayangkan Hafsah yang akan berjuang, melawan sakit dan bertaruh nyawa untuk anak-anak mereka.

Atlas [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang