Bab. 12

49.7K 7.3K 1.6K
                                        

Pre Order akhir Juni 2021
Untuk info lebih detail, bisa pantau IG aku (nadianisa13) dan IG Penerbit (loveable.redaksi)







Hafsah berjalan cepat menuju kamarnya dengan air mata yang telah menganak sungai di kedua pipi.

Dia tak tega melihat ekspresi Atlas saat sang Ayah menyuruhnya pulang dan menolak secara langsung.

Kedua bola matanya menangkap guratan kesedihan dan rasa kecewa dalam diri Atlas. Hafsah tahu itu pasti sangat menyakitkan. Atlas laki-laki baik yang tetap mau memperjuangkannya meski sudah ditolak.

Di luar hujan sangat deras, pasti Atlas kehujanan saat ini. Hafsah kembali menjadi manusia jahat saat ini. Ya Allah... maaf.

Tanpa berpikir panjang, Hafsah kembali keluar dari kamar menuju ruang tengah. Mengambil dua payung lipat yang ada di atas nakas.
Dia hendak keluar rumah, namun sang Ayah menghadang di depan pintu.

"Mau ke mana bawa payung?"
Hafsah merunduk, tangannya sedikit gemetar saat ini. Dia takut Ayahnya semakin murka, namun bayangan wajah Atlas membuatnya berani untuk bersuara.

"Kasihan Atlas, aku harus kasih dia payung--"

"Tak ada yang dikasihani, kalau kamu kasih dia payung seperti ini. Dia akan semakin salah paham, dia akan mengira kamu juga suka dengan Atlas!" jawab Ummar tegas. Tak tahu kenapa, hati Hafsah bagai tersentil sesuatu dan membuatnya kembali meneteskan air mata.

Memang benar kata sang Ayah, sikapnya akan disalah artikan oleh Atlas, namun tentang rasa suka.

Hafsah juga tidak mau cepat menyimpulkan perasaannya pada Atlas karena dia baru mengenalnya beberapa hari ini.

"Atau memang kamu benar suka dengan Atlas? Kenapa sampai menangis?"

Hafsah menggeleng cepat. "Bukan itu maksudnya Yah, tapi kasihan Atlas hiks... dia anak baik dan cowok yang pemberani. Dia mau menghargai perempuan, dia tanggu jawab seperti ayah. Buktinya, dia tidak mengajakku untuk pacaran, melainkan langsung pada pernikahan hiks... dia cowok baik-baik yang aku kenal."

Ummar sedikit tercengang saat melihat Hafsah menangis seperti ini hanya karena sosok Atlas. Dia tak pernah seperti ini sebelumnya, bahkah sebenarnya.

Hafsah adalah tipe cewek yang tertutup dan enggan untuk dekat dengan lawan jenis karena dia pemalu.

Ummar juga menemukan sebuah sorot pandang yang berbeda kala Hafsah bersama Atlas. Berbeda jika dengan bersama Falih, Hafsah akan berusaha menjauh dari laki-laki itu dan terkesan tidak nyaman.

Hafsah menghapus air matanya lalu kembali meletakkan payung tersebut ke tempat semula. Dia masuk ke dalam kamarnya dan meninggalkan sang Ayah di depan pintu masuk rumahnya.

"Apa mungkin Hafsah menyukai Atlas?" tanya Ummar seorang diri.

Jika boleh jujur, Ummar masih tidak siap berpisah dari Hafsah, semenjak kepergian sang istri saat itu. Ummar menjadi Ayah yang sangat super protektif. Dia takut jika Hafsah di sakiti oleh laki-laki di luar sana, dia tak mau Hafsah terluka.

Putrinya adalah harta paling berharga bagi Ummar, maka dari itu dia mencoba untuk menolak Atlas meski dalam hati dia sedikit menyukai cowok datar itu.

Ummar memiliki rasa bangga pada Atlas, jarang sekali ada pemuda yang berani mendatangi Ayah gadis yang disukainya lalu meminta dengan cara yang benar untuk dapat dimiliki secara halal.

Seharusnya memang semua pemuda itu berpikiran dewasa seperti Atlas yang mementingkan akhirat dari pada kebahagiaan semu di dunia lewat pacaran yang berujung pada zina.

Atlas [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang