Pre Order akhir Juni 2021
Untuk info lebih detail, bisa pantau IG aku (nadianisa13) dan IG Penerbit (loveable.redaksi)Atlas menuruni anak tangga dengan tergesah saat mendengar namanya dipanggil oleh seseorang yang telah memasuki rumahnya tanpa izin.
Matanya memerah karena emosi saat melihat tiga orang laki-laki yang seumuran dengannya tengah menatap bengis ke arahnya.
“Mau apa ke sini?!” tanya Atlas dingin. Salah satu dari tiga laki-laki itu maju ke arah Atlas lalu langsung mencengkeram kerah kemeja bermotif kotak-kotak yang Atlas kenakan.
“Lu nantang gue ya bocah?! Maksud lu apa bakar markas geng motor gue?!”
Atlas mengerjap. Bakar markas geng motor? Kapan dia melakukan hal itu?
“Jangan asal tuduh Pandu! Gue gak pernah datang ke markas lu kecuali saat lu buat resah masyarakat karena menggelar balap liar!” jawab Atlas tegas.
Atlas bukan anak geng motor, dia mengenal Pandu karena laki-laki itu adalah pelanggan bengkel yang dia dirikan bersama tiga teman lainnya, untuk menambah pemasukan uang jajan.
“Terus siapa kalau bukan kerjaan elu?!” Pandu mendorong tubuh Atlas kasar, untung saja Atlas mampu menyeimbangkan tubuhnya dengan baik.
“Gue gak tahu.”
“Assalamualaikum—— eh siapa kalian?!" Atlas dan ketiga laki-laki itu menoleh ke arah pintu.
“Papa?” ucap Atlas pelan. Atha berjalan ke arah Atlas dengan penuh wibawa. Beliau melirik tajam ke arah tiga laki-laki yang wajahnya asing bagi penglihatan Atha.
“Siapa mereka?!” tanya Atha dengan nada galak. Atlas menatap Pandu dan dua anak buahnya.
“Kenapa gak di suruh duduk? Temannya Atlas ya?” tanya Atha dengan diakhiri senyum ramah.
Atlas menatap heran ke arah sang Papa yang berbicara dengan nada ramah, tidak galak seperti tadi. Jadi wajah galaknya tadi hanya pura-pura? Buset Papa!!!!
Pandu berdehem lalu maju beberapa langkah untuk menyalami Atha, ketiga temannya pun melakukan hal yang sama. Sangar tapi sopan.
“Satu kampus sama Atlas?” tanya Atha. Mereka kompak menggeleng.
“Kami langganan bengkel Atlas, Om,” jawab Pandu dengan suara lembut tidak seperti sebelumnya. Atha mengangguk, setelah itu dia pamit ke dalam.
“Ingat ya! Gue bakal selidiki siapa yang bakar markas gue dan kalau sampai ada campur tangan elu. Habis bengkel lu itu Alatas!” tukas Pandu.
Atlas hanya diam dengan tatapan dinginnya, tidak takut sama sekali dengan ancaman Pandu.
Sudah biasa bagi Atlas menghadapi anak-anak geng motor seperti Pandu dan kawan-kawannya jadi dia biasa saja.
Setelah ketiga laki-laki itu pergi, Atlas bergegas masuk ke dalam kamar untuk membersihkan diri.
Atha sebenarnya tahu jika mereka bukan teman Atlas, terlihat dari penampilannya saja dia sudah paham.
Kehidupan kota metropolitan memang sedikit menakutkan, saat salah melangkah untuk berteman saja kita bisa terjerumus dalam lubang hitam tanpa dasar.
Teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi, engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan kalau pun tidak, engkau tetap dapat mendapatkan bau harum darinya. Adapun pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau asapnya yang tidak sedap. (HR. Bukhari-Muslim).

KAMU SEDANG MEMBACA
Atlas [Sudah Terbit]
Storie d'amore📌PART MASIH LENGKAP ⚠️ Cerita ini menimbulkan efek samping seperti, bengek berlebihan, sakit perut, sakit pipi, mengeluarkan air mata karena terlalu banyak tertawa, dan juga menimbulkan sensasi baper berkepanjangan⚠️ Perkenalkan, saya Atlas. Sebe...