Bab. 25

50.4K 6K 714
                                        

Pre Order akhir Juni 2021
Untuk info lebih detail, bisa pantau IG aku (nadianisa13) dan IG Penerbit (loveable.redaksi)








Sedari tadi Atlas menatap gerak-gerik Hafsah yang tengah sibuk mengenakan khimar instan miliknya, niatnya malam ini mereka akan memberi kabar kehamilan Hafsah pada Ummar.

Atlas tersenyum sendiri saat mengingat bahwa sekarang Hafsah tengah mengandung anaknya, dia tidak menyangka akan secepat ini, terlebih dia dan Hafsah akan menjadi orangtua dari anak kembar.

Atlas sangat bersyukur pada Dia yang telah memberi kepercayaan padanya dan Hafsah untuk menjadi orangtua. Atlas juga sudah siap menghadapi segala tingkah laku menggemaskan dari Hafsah untuk beberapa bulan kedepan.

Meski terkadang Atlas kesal, namun rasa kesal itu hanya sesaat, dan di lanjut dengan rasa bahagia karena mampu memberi apa yang Hafsah mau.

“Abang kenapa sih?” tanya Hafsah saat menatap suaminya yang tengah tersenyum seorang diri. Atlas tak menjawab, justru dia melebarkan senyum.

“Mikirin hal apa nih, kok senyumnya lebar banget?” Hafsah berjalan ke arah Atlas. Mood Hafsah malam ini cenderung normal, tidak manja dan tidak galak.

“Enggak menyangka bakal punya anak di usia dua puluh tahun dan adik sembilan belas tahun,” balas Atlas. Hafsah melingkarkan tangannya di leher Atlas sembari tersenyum.

Atlas menatap permukaan perut Hafsah yang masih datar. “Kembar lagi.” Detik berikutnya dia mencium permukaan perut Hafsah.

“Adik juga gak menyangka akan secepat ini, Adik bersyukur atas karunia dari Allah yang kini ada di perut Adik,” imbuh Hafsah. Atlas mengangguk lalu memeluk pinggang Hafsah dengan erat.

“Sehat-sehat ya, dan urusan kuliah…”

“Aamiin, dan urusan kuliah. Adik ambil cuti.”

Berat memang bagi Hafsha untuk meninggalkan bangku perkuliahan, tapi dia tidak mau mengambil risiko besar akibat jadwal kuliahnya yang padat. Dia tidak mau jika harus kehilangan calon buah hatinya karena keegoisan diri yang tetap memaksa untuk kuliah.

Dan tugas istri yang benar memang harusnya di rumah, melayani suami dan menjadi  sekolah pertama untuk anak-anaknya kelak.

Toh lebih baik mengejar kegiatan untuk menabung pahala agar pantas berada di Surganya Allah, dari pada terus mengerjar dunia yang pada akhirnya membawa pada hilangnya ingatan akan akhirat.

“Adik gak masalah berhenti kuliah, Adik ingin menjadi istri yang shalehah buat Abang, serta menjadi Ibu yang baik untuk anak-anak kita kelak,” ucap Hafsah. Atlas menenggelamkan wajahnya di permukaan perut Hafsah, menghirup aroma wangi dari sang istri.

Inilah Hafsah, Hafsah yang sebenarnya adalah perempuan dengan sifat dan sikap dewasanya. Selalu mampu membuat orang yang mendengar ucapannya akan ikut tenang dan percaya semua akan baik-baik saja.

Usianya memang masih sembilan belas tahun, tapi pemikirannya begitu dewasa untuk mengambil langkah dalam hidupnya. Dan saat ini, giliran Atlas yang ingin menjadi manja pada istrinya itu.

Dia sangat mencintai Hafsah dalam kondisi apapun, Hafsah adalah segalanya. Dan kelak akan ada anak-anak yang beruntung karena memiliki seorang Ibu seperti Hafsah.

Sekali lagi, Atlas bersyukur karena Allah benar-benar menjodohkan dia dengan perempuan yang membuatnya menangis untuk pertama kalinya.

Hafsah adalah cinta pertama Atlas setelah Mamanya, Hafsah adalah satu-satunya kaum hawa yang mempu mambuat Atlas bertekuk lutut karena rasa cinta yang semakin hari semakin tumbuh besar.

Atlas [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang