Pre Order akhir Juni 2021
Untuk info lebih detail, bisa pantau IG aku (nadianisa13) dan IG Penerbit (loveable.redaksi)"Kita ke percetakan undangan sekarang!" Apa? Percetakan undangan? Atlas kenapa sih, bukannya undangan sama sekali belum diurus. Kenapa harus dadakan?
Terlebih, dia mengatakan itu saat Kak Falih datang. Tidak mungkin Atlas sengaja'kan? Aku terkadang tidak bisa mengira-ngira ataupun menebak pemikiran dia. Dia selalu punya kejutan di setiap harinya.
"Siapa yang mau nikah?" kini giliran Kak Falih yang bersuara. Aku menatapnya sejenak.
"Saya dan Hafsah," jawab Atlas dengan wajah datarnya. Aku bahkan baru sempat melihat senyum lebarnya kemarin, saat dia mengkitbahku. Setelahnya ya, datar.
"Jangan ganggu Hafsah, nanti kalau undangan sudah jadi akan kami sebar." Mataku membulat sempurna mendengar ucapan Atlas.
"Kak Falih, ada apa datang ke sini?" tanyaku mencoba mengalihkan pembicaraan tentang pernikahan.
"Kamu serius mau nikah?" tanyanya. Aku meliriknya sekilas, dia tampak menatap cincin yang melingkar di jari manisku.
"Dengan dia?" Kak Falih menunjuk Atlas.
"Saya Atlas, calon suami Hafsah. Maaf sebelumnya, tapi kami akan pergi ke percetakan undangan. Permisi." Tiba-tiba saja, Atlas menarik tas selempang milikku. Membuatku mengikuti langkah panjangnya.
Astagfirullah... Atlas ini kenapa sebenanrnya? Jangan bilang dia cemburu? Setelah jauh dari pandang Kak Falih, Atlas menjauhkan tangannya dari tasku dia melirikku sekilas dan tetap melanjutkan langkah.
"Undangan akan diurus, kita memang harus fokus pada UAS. Setelah UAS langsung akad. Siapa saja yang akan kamu undang di pernikahan kita?"
"Hanya beberapa teman saja."
"Iya, aku juga hanya beberapa saja," timpal Atlas.
"Memang benar mau ke percetakan undangan?" tanyaku. Dia tampak menggeleng.
"Sudah diurus Mama, kita terima beres saja." Atlas menghentikan langkahnya lalu berbalik badan dan menatapku. Aku mundur beberapa langkah, mendongak menatap dia yang lebih tinggi dariku.
"Dia siapa?" tanyanya tanpa menatap ke arahku.
"Kak Falih, dosen fakultas bahasa."
Atlas diam, apa aku salah jawab? Kan sudah jujur.
"Kenapa kenal?"
"Ka---"
"Tidak usah jawab, itu'kan urusanmu. Lagipula aku masih belum menjadi suamimu." Aku menahan napas sejenak. Apa dia cemburu? Ya Allah... kenapa aku ingin ketawa sih?
"Jaga kesehatan," ucapnya. Aku kembali merunduk.
"Iya, terima kasih." Oh...jantungku. Kenapa detaknya terdengar keras.
Kira-kira Atlas dengar tidak ya? Kalau sampai dengar, itu akan membuatku malu sekali.
"Mau aku antar ke toko bunga?" tawarnya. Aku menggeleng.
"Tak perlu, aku bisa ke sana sendiri. Kamu buka bengkel saja."
"Aku antar ke halte."
"Tidak, banyak orang kalau siang . Kamu kembali saja, terima kasih tawarannya." Aku berjalan melewati Atlas begitu saja. Sudah cukup mengobrolnya hari ini.
Aku harus selalu menjaga jarak dengannya, karena kita belum halal. Tak boleh terlalu sering bertemu, takut akan menjadi fitnah. Cukup berkomunikasi dengan orangtuanya saja, iya... itu lebih baik untuk jantungku.
![](https://img.wattpad.com/cover/218054276-288-k771990.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Atlas [Sudah Terbit]
Romance📌PART MASIH LENGKAP ⚠️ Cerita ini menimbulkan efek samping seperti, bengek berlebihan, sakit perut, sakit pipi, mengeluarkan air mata karena terlalu banyak tertawa, dan juga menimbulkan sensasi baper berkepanjangan⚠️ Perkenalkan, saya Atlas. Sebe...