#3

243 17 7
                                    

             Pandemi Hepatitis

Nyala matamu, mawar beragam warna, bermekar di pusat nadi membuat darahku sempat terpulas warna.
Mewarnai hatiku, yang semula abu abu berubah menyalakan kilau yang menggebu.
Kau adalah mawar, rindang di hatiku, mewarnai sekaligus melukai, kau cantik namun buatku berdarah.
Angsoka angsoka maha rupawan, membius jantung dengan tawaran cinta yang palsu.

Hatiku telah meradang, semua yang kuperjuangkan, rusak tak sesuai rancangan.
Aku kira, bila bermadah padamu, aku akan terikat cinta dan hubungan denganmu secara segera.
Namun, beberapa cinta ada untuk tidak dituntaskan, beberapa orang ada hanya untuk memberi kabar pembelajaran.
Ini sudah beberapa pekan, sejak senyumanmu memeluk tatapku, sejak parasmu menjadi poros mimipiku, aku ingin mendapatkan perhatian.

Sebagaimana yang diujarkan para sesepuh, “berani mencintai harus siap disakiti"
Aku sudah siap, tersakiti kembali, lagipula, sakit yang lama belum sembuh.
Biar kutanggung segala duka sekarang, biar bahagiaku ku jamak pada hari hari besok.
Selepas penantian panjang, aku tersadar, bagaimana bisa aku terus menciumi namamu dalam lubuk asmara.
Bagaimana bisa aku terus memeluk bayanganmu yang hinggap di puing puing sakit.
Bagaimana bisa aku tetap biasa saja, saat kamu menjelma virus pandemi yang menusuk semua sel inang di tubuhku, membuat namamu semerbak di badan, buatku sakit menuju lumpuh.
Aku membiarkan luka terbengkalai, tak terurus, hati kadung radang akibat mencintamu, sosok yang kugadang gadang sebagai masadepan.

Seumpama hati dapat berbicara, jujur, ia lelah mendambamu di sibuknya kamu dengan dia.
Ia telah lama begadang, menyempat - sempatkan mengutip namamu dalam sepertiga malam.
Dan aku, adalah lelaki bengal, yang bahkan tidak peduli akan esok sekolah ataupun libur, yang kutahu dalam mencintaimu aku tak mengenal tanggal merah.
Dan rindu, ia adalah lintah darat, seolah aku tidak pernah melunasi dengan temu, ia selalu saja menagih jumpa.
Meski nafasku berdarah, dan hidupku dianiaya oleh rindu, aku masih menghirup udara beserta sisa nafasmu.
Dalam perihal mencintamu, aku manusia tidak waras, aku manusia sakit jiwa dalam urusan cinta.

Iniipy

Elegi Roman RemajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang