Lagu Itu Lagi
Sewaktu aku demam, masa masa sulit yang sakit.
Panas, terlebih waktu itu kau memberi aku rasa cemburu yang pahit.
Kuputar lagu lagu yang buatku termangu, merintih dalam nada dan tangis yang murni.
Aku diam dan bisu, ikhlas dan pasrah.Aku menjual nyawaku, dan bagimu, hidupku gratis untukmu.
Kau menghitung aku, padahal aku menyelip dalam tiap helaian nafasmu.
Aku merangkak dalam mukamu dengan doa yang bertawaf.
Segala salahku tak kau maafi dan segala khilafmu ku bayar maaf.Lalu, dahulu hingga kini, aku memutar lagu teristimewa.
Yang ada saat kau tiada.
Lagu kesayanganmu, yang kau putar dalam papan percakapan.
Kini aku terngiang lagu favoritku, yang kau tak mau mendengarnya.
Suaramu.Aku rebah dalam luka.
Aku lunglai dalam kaca.
Umur semakin menjelma maut, aku sendiri tanpamu.
Dan aku yang tidak sempurna, terbengkalai dalam hening yang paripurna.Kuputar lagu itu lagi, saat pertama kau mengacuhkanku.
Dan kuputar jua bunyi bunyian lagu kala kau pertama kali tak pedulikanku.
Sedih, pedih, perih dan mendidih.
Aku merindu rasa itu, nyaman yang kau beri dalam waktu yang singkat.Harapanku kian renta namun tak kunjung tewas.
Akalku sakit sakitan, jiwaku luluh berantakan.
Teriakan malam bisu kian dalam, aku tenggelam dalam sepi.
Tak lagi kudengar pesan pesan masuk yang mengisi hariku.
Perhatianmu yang sederhana, hilang untukku.
Padahal, datangmu singkat namun pergimu sempurna buatku sekarat.Kau kemana?
Bosankah?
Hilangmu adalah masalah.
Sekarang, aku terpelihara dalam prahara.Baiklah.
Aku ikhlas akan hilangmu, kunikmati bersama peninggalanmu.
Lagu sederhana kesukaanmu.Iniipy
KAMU SEDANG MEMBACA
Elegi Roman Remaja
PoetryKarena asmara kaum remaja tak pernah berakhir pada satu warna.