Kidung Sandingkala
Oo senja.
Jingga yang tenggelam ditelan malam.
Serupa jantungku yang Lamat lamat hilang dalam peraduan.
Cantikmu sekejap, serupa kerlingan mata seseorang yang merajam terlalu kejam.Jingga di penghujung sore.
Maghrib, adzan adzan yang berkumandang, tuhan memanggil, kala aku terdiam menggigil.
Tangisku tengah pada saat nikmat nikmatnya.
Jantung yang diinjak waktu, nadi yang dipotong rindu, dan peparuku yang diremas oleh janji janji palsu.Aku datang senja.
Beriring musik cinta yang ironis.
Aku melangkah, menjemput maut dengan bahagia yang pura pura.
Kini tak lagi aku mau gegabah, seperti menaruh hati pada sosok yang manis.Oh sandingkala.
Malam semakin dekat, saat kau memaksaku tunduk pada bayangannya yang pekat.
Siksa demi siksa kau berikan, tawa tawa lepas yang dulu pernah menemaniku, kini sirna.
Bernostalgia, meringkuk dalam warna yang pernah aku bicarakan pada seorang yang ku sayangi.
Ah, kenangan tak kuasa aku tepis.Senja, kau menang.
Aku tenggelam bersama surya.
Surya tenggelam di barat, dan biar aku tenggelam dalam ketidakpastian.Kibarkan bendera putih, dan kabarkanlah.
Hatiku telah mati, bersama kedipan terakhir sang mentari, aku tiada.Hentikan setiap nada lagu lagu.
Ini waktu malam, senyaplah.
Biar sepi mendamaikanku.
Biar sunyi kembali menimangku, tolonglah, biarkan kali ini aku bahagia.Iniipy
KAMU SEDANG MEMBACA
Elegi Roman Remaja
PoetryKarena asmara kaum remaja tak pernah berakhir pada satu warna.