#10

88 11 5
                                    

            12 Bait Buat Rinjani

Yang pertama, kau mesti ingat bahwa bagi dunia kau mungkin biasa biasa saja.
Namun jika kau berharap untuk menjadi istimewa, maka kemarilah.
Berjalanlah pelan menuju ruang terdalam hatiku.
Disana tersemat namamu, disanalah
kau bertempat yang paling istimewa.
Tak usah malu, kapanpun hatiku bersedia menerimamu.

Maka tersenyumlah, tak perlu untuk berduka dan galau.
Kemarilah bercerita, biar segala dukamu aku yang menghalau.
Tak perlu termakan risau, kau sudah punya semuanya kurang apalagi.
Kau punya mata seteduh rembulan, kau punya dada yang selapang langit, kau punya senyum yang sesejuk embun pagi, dan kau punya aku yang tidak pernah pergi.

Rinjani, kau adalah duabelas rasi yang kuamati tiap berganti bulan.
Karena, cantikmu tetap menawan tak mampu tertelan waktu yang berjalan.
Bagiku tatapmu adalah dilema, begitu menggoda tanpa bisa kugenggam.
Kau selalu mengeluh soal hidupmu yang perlahan mulai kelam, bersabarlah, untuk menyelamatkanmu dari samudra cidera aku rela untuk menyelam.

Kali itu, kau merengek meminta temu.
Sesuai firasat, kau hendak bercerita panjang lebar.
Kau takut, kau menangis, jauh didalam senyum yang palsu.
Bagiku tak apa jika kau berlinang tangis, lagipula cantikmu tak hilang jika hanya terbilas air mata.
Namun jujurlah, senja mana yang buatmu cemburu dan serigala mana yang menyakitimu.
Meski aku hanya pujangga emperan jalan, aku siap menghunus berani demi membelamu.

Dan hari ini aku dirumah saja, ya seperti biasanya.
Merawat rindu yang sedang tumbuh dalam ladang nurani, menyirami cinta dengan tangisan mata.
Membuat pesawat kertas untuk menerbangkan asa memlikimu.
Dan kemudian segera membuat kapal kertas untuk menghanyutkan mimpi bersanding bersamamu.
Setelah kau mengirim kabar, lewat lini masa kau berpamer pamer surga, yaitu : kau baru foto bersamanya.
Aku yang kehilangan arah mulai berpasrah, Rinjani yang kucintai milik orang lain.

Bagiku menjadi sahabat tak cukup, namun seperti itulah.
Kau menautkan rasa pada dia, kekasihmu.
Dan aku mengaku kalah.
Ia memang cocok bersanding denganmu.
Silahkan kuasai segala alam, rembulan yang rupawan telah bersanding bintang yang membahana.
Dan aku cuma meteor, benda remeh yang terbakar sesaat setelah menjauhimu.

Kau sudah berbahagia, akupun turut berbahagia menyembunyikan kecewa.
Ah tidak, aku tidak pernah kecewa padamu, karena kau tetap utama di perasaan.
Aku tidak rela sebenarnya, seperti halnya muda mudi lain, aku sedang patah hati.
Berharap kemudian terpatahkan, berekspektasi kemudian dijatuhkan, tiada jalan lain kecuali membungkam sepi, dan memulai mengarang puisi.

Ah tenang saja Rinjani.
Aku tetap tabah memujamu disini.
Aku tetap tabah mengeja namamu dalam peraduan malam.
Dan aku tetap tabah menyediakan telinga, barangkali kau hendak mampir dan memberi salam.

Dan juga, aku cuma lelaki durjana, mengharapkanmu yang jelas bukan milikku.
Namun, belum kutemukan buih embun sesejuk dirimu.
Belum ada tanaman serindang dirimu.
Dan tiada hari yang teriknya secantik parasmu.

Aku tergila gila parasmu, senyuman yang tersungging manis diantara pipimu yang menggemaskan.
Membuatku hilang kendali, kehilangan kosakata.
Bagaimana aku merapal mantra, jika manismu adalah doa tolak bala.
Bagaimana aku merangkai puisi, jika engkau telah merampok segala diksi untuk dikeluarkan.

Rinjani, kini malam semakin menghitam, sehitam hatiku tanpa sosokmu.
Kini kopiku semakin pahit, sepahit nasibku dalam mencintamu.
Namun, semesta memang baik, kau yang baik bertemu orang yang berniat baik, tiada masalah jika aku yang harus tidak baik baik saja.
Untuk kebahagiaanmu, aku rela melakukan apa saja.

Rinjani, bagiku kau adalah wanita yang tegar dan yang paling sabar.
Kutulis hanya duabelas bait untukmu.
Bukan apa apa, hanya saja sepanjang tahun ini aku dicecar rindu kepadamu.
Duabelas bait untuk duabelas bulan merindukanmu, impas.

   Iniipy

Elegi Roman RemajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang