Namanya Aku
Sosok itu, yang kuyup dipeluk rindu.
Dihujani perih dan berlindung dengan takbir yang lirih.
Namanya aku.
Yang digiling dalam kejamnya takdir, perih.Mari kita menuju abstrak tanpa rupa.
Dimana ruang berisi rasa, bahagia pun juga kecewa.
Berpindah dari hal fana menuju ke rasa yang selamanya.
Dimana bunyi menjadi rupa, di dadaku, dimana kamu menjadi sebuah fenomena.Gugurlah aku diatas tanah penderitaan yang subur.
Bertafakur, mengeja kalimat syukur.
Sebab, kembali aku pada kufur.
Tepat setelah titahmu tertumpah, aku beringsut hilang.Kenalkah kau pada kecewa yang tetap tertawa?
Taukah kau senyum dibalik derita?
Atau soal yang lunglai di belakang namun tegar di depan temannya?
Itu namanya adalah aku, aku yang terapung dalam lautan duka.Jerit malam menjadi kusam, dan menjadi selayaknya kuda kuda liar yang lepas dari ikatan.
Mengamuk, lari kencang membawaku jauh nan disana, antah berantah yang muram.
Itu adalah aku, disana aku persis dengan gelandangan.Ingatkah kau, soal kuntum bunga yang berjanji takkan hilang saat badai tiba?
Ingatkah kau soal kerikil bibir pantai yang berjanji akan terus memeluk daratan bahkan bila gelombang pasang?
Atau soal yang kemarin, burung yang berjanji akan tetap mengudara saat tiba taufan?
Itulah aku, pendusta.Takdir adalah palang besi.
Sesuai dengan nujuman, takdir menghalau segala mimpi.
Asa yang binasa, dan cinta yang tak pernah subur dan berbuah manis, atau rupa yang tak menua, abadi dalam luka.
Itulah aku, panggil saja namanya begitu.
Aku yang selalu punya derita.Tahukah kau soal poranda yang merata?
Soal ahli keluh yang berdoa?
Atau pendosa peminta kemuliaan?
Itulah, sosokku dalam kaca yang bersumpah tidak kan berdusta.Kau mengeja puisi ini, membaca.
Kau membaca seluruhku, kuharap seluruhku tidaklah sama dengan seluruhmu.
Besok aku akan lega, saat dalam kesendirian dan kesengsaraan.
Dan kisahku telah abadi bersama puisi, kuanggap segala ocehku berhasil sebagai penyempurnaan.
Kini temaram malam tanpa cahaya berpadu aku yang tak berdaya.Iniipy
KAMU SEDANG MEMBACA
Elegi Roman Remaja
PoetryKarena asmara kaum remaja tak pernah berakhir pada satu warna.