Hambar
Apa kabar?
Kamu yang pernah mengisi aku sampai penuh.
Menuang warna pada semesta menaruh cita pada hati yang pernah rapuh.
Baik baik saja kan?Ini aku.
Sebatang orang yang pernah menyala.
Pernah terang benderang sebelum lenyap dalam peristiwa supernova.
Ini aku yang pernah kau temani menjalani masa masa bahagia yang harusnya berisi luka.Bukan apa apa, hanya saja...
Aku merinduimu.Merebahlah kemari, di sisiku lagi.
Biar kutunjukkan padamu, perihal kelip namamu dalam angkasa malamku.
Atau soal gejolak senyummu yang membakar kalbu nuraniku.
Aku hanya mau sekali lagi menunjukkan padamu, bahwa kamulah yang paling bermakna, atau kamulah yang termegah, atau kamulah yang paling kusayangkan untuk punah.Aku menunggumu.
Pun aku mengagumimu, pada batas batas pertemanan dan ketidakkenalan yang telah tak jelas pada hubungan kita.
Setelah pernah saling asik bertukar kabar.
Sekarang, jauh setelahnya kita menjadi hambar.Setabah tabahnya rinduku, tak pernah setabah ini menghadapi bisu.
Kita hanya bertukar pesan, bukan berbalas perasaan.
Dan aku tau itu.
Artinya, aku hanya basa basi di dalam titik sepimu.
Bukan bintang yang kau damba atau senja yang kau cinta.
Aku noda dan bukan apa apa.Pada kesendirian dan nestapa, aku lagi lagi berbincang pada diriku sendiri.
Perihal perih yang abadi, dan sebaris nama yang terus menerus memaksaku tertatih.
Bagaimana bisa, cinta yang telah rindang harus dipaksa hilang.
Cintaku pada sosokmu yang menjauh perlahan menuju pusat hilang.Aku meratapimu.
Dalam doa yang rinci ku sebut lagi namamu.
Manusia yang tak pernah memberimu kontribusi mengharapkanmu terlalu gila.
Jadi, inikah kagum yang berbuah cinta?
Mungkinlah iya.Iniipy
KAMU SEDANG MEMBACA
Elegi Roman Remaja
PoetryKarena asmara kaum remaja tak pernah berakhir pada satu warna.