#19

50 7 0
                                    

Jampi Jampi

Aku dalam naungan langit beribu bintang kali ini.
Bait baitku menjahit langit kembali utuh.
Dan malam telah bekerjasama denganku.
Maka kami duduk, dan kemudian saling mengisi.

Aku banyak bicara, mengisi sepi.
Berkisah tentangmu yang ingin kumiliki.
Mulai dari wajahmu, suaramu hingga perangaimu.
Kaulah samudra, muara segala rindu.

Tanganmu yang suci dari tanganku.
Manis, putih, dan ingin kugenggam, walau barangkali hanya sekali seumur hidupku.
Lalu tawamu, secarik warna beragam rasa, kagumku terpelihara dalam riangnya.
Dan mungkinlah bahwa suaramu adalah jala, buatku terkurung dan tak mampu melupa.

Lalu, yang paling kusuka darimu adalah, segalanya.
Kau punya segala sesuatu, seolah olah kaulah mahakarya sang pencipta.
Tangismu adalah intan permata samudra lepas, tawamu adalah nyanyian semesta, lalu netramu, adalah air telaga yang hilangkan hausku.
Bahkan kala kau diam, aku terkagum akan anggunnya pagoda hidup yang ku puja dalam tiap tiap nafasku.

Dan lagi.
Tentangmu takkan habis dalam sekali bait.
Maka aku bersaksi, bahwa indahmu adalah megah surga, ataupun puncak cantik bidadari bumi.
Dan aku bersumpah, bahwa manismu adalah gula nirwana, begitu manis meski begitu alami.

Hingga mega berkerumun, dan embun perlahan menjamah ubun ubunku.
Aku masih duduk diam, merenungi sosokmu.
Sepertiga malamku terisi penuh atas nama lengkapmu.
Aku rayu Tuhan, dan aku akali malaikat malaikat pendoa supaya sudi mengamini doaku tentangmu.

Dan selepas kau baca ini.
Kau berpikir ini hanya bualan, atau puisi andai andai.
Padahal niatku adalah merayumu.
Ini adalah mantra penghasut, barangkali dengan puji pujian yang kulebih lebihkan, kau sudi menggandeng hatiku.

Sebetulnya.
Tak kau bacapun tak apa.
Ini hanyalah mantra, doa yang sebenarnya adalah rahasiaku dan Tuhan sahaja.

Iniipy

Elegi Roman RemajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang