Anonim
Aku adalah tanpa nama.
Tak kau ingat.
Bahkan setelah kita bertukar cinta.
Atau setelah kita bertukar cita cita dan cerita.Kita adalah tanpa nama.
Ikatan tak jelas dengan janji janji yang entah apa namanya.
Kita sebatas blur yang saling jujur.
Tidak tau, status kita mandek pada tingkat pertemanan.Hanya angan, yang terbawa angin menuju surga tempat Tuhan bersemayam.
Soal seporsi doa, yang berisikan namamu, agar lekas menjadi utuh bersamaku.
Karena kita masing masing adalah bilangan ganjil, dan dengan aku menggenapimu aku akan genap, begitu pula kamu.
Aku hanya mendekat, mendekat dan hanya dekat tak kunjung lekat dan menyatu.Kita bertukar cerita sepanjang waktu.
Mengkonversikan cinta menjadi rindu, dalam jarak antar hati yang kian tak tentu.
Kamu jadi tak tersentuh.
Dan aku kian lumpuh.
Kita, menjadi separuh dan separuh.Aku dan kamu hanya tidak punya nama.
Rasa yang abadi dalam waktu yang fana.
Abadi dalam sejarah, soal cinta yang sama namun tanpa rupa.
Bunyi yang sungguh merdu meski tanpa irama.
Kita adalah tanpa nama.
Dua raga satu rasa.
Satu nyawa yang terbagi atas nama cinta.
Nama yang tak bertahta, meski bersemayam dalam singgasana jiwa.
Kamu dan aku, sama sama manusia, sama sama cinta, sama sama sahabat biasa.“Kita temenan saja ya"
Katamu tanpa dosa.
Setelah kau menyuburkan benih cinta dalam dadaku dengan nyaman yang kau bawa.
Padahal, aku inginkanmu seutuhnya.Sudahlah, ini sebatas cerita.
Perihal kita.
Kawan yang saling menaruh percaya, rasa, dan cinta.
Status tak jelas, tanpa nama.Iniipy
KAMU SEDANG MEMBACA
Elegi Roman Remaja
PoetryKarena asmara kaum remaja tak pernah berakhir pada satu warna.