Curhatan Jemaat Patah Hati
Aku tengah terbenam, pada kelakar senja yang berusaha menghibur.
Aku tengah tercerai berai dalam putaran takdir, namaku tengah tidur.
Malam kian meninggi saat kurangkai seporsi puisi.
Menjahit bait demi bait dengan pintalan tangis yang utuh tak berkurang.
Kuputuskan memintal namamu dalam jenakaku, biar tiap kali aku mengenangmu, bukan selalu berhias air mata.
Kita pernah dekat, hingga sekarang kita menjadi tersekat.
Bukan jarak yang menghalangi, namun salam yang tak terucap, sapa yang tak terketik, serta malu yang mencekik.
Kita adalah rasa yang masih ada, entah hanya padaku, hanya padamu, atau pada masing masing kita, tetapi kita hanyalah cinta yang telah binasa dalam garis masa.Aku pernah memuntahkan tinta pada selembar kertas.
Terciptalah puisi, sebab saat itu aku tersedak rindu, cinta dan dirangkap dengan luka.
Aku pernah melukis malam yang dingin bersama rautmu yang hangat.
Sebab saat terpisah oleh jarak dan tersekat oleh bisu, rindu menari terlampau anggun menorehkan warna dalam rintik air mata.Lembayung sore menengadah, meminta kisah kasih sepasang kekasih.
Seperti layaknya dulu, aku dan kamu mengisi senja dengan canda yang tidak pernah habis.
Kini senjaku kian murung, sayang.
Malamku terlalu gelap, bola mataku seolah telah hilang.Puisiku hanya doa yang panjang, dan juga doa yang bimbang.
Memintamu kembali?
Merelakanmu bahagia dan pergi?
Entahlah, aku hanya meminta yang terbaik, bagi masing masing kita.Lelah telah menjamah ubun ubunku dalam siang yang terik.
Di pandemi yang tak kunjung reda, serta pada rindu yang belum bisa terbayar, pesonamu menjeratku dalam diam yang pelik.
Hariku kian kusut, malam yang kelam, siang yang membakar, senja yang mendung, juga pagi yang dinginnya merajam sumsum tulang belakang.
Aku hanya kesal, lelah juga patah, masa masa sulitku tak lagi bersamamu, sosok yang pernah memanggilku dengan panggilan sayang.Mungkinkah yang patah akan tumbuh, dan yang sakit akan sembuh?
Meski luka belum kunjung sembuh, ini baris terakhir untukku mengeluh.Iniipy
KAMU SEDANG MEMBACA
Elegi Roman Remaja
PoésieKarena asmara kaum remaja tak pernah berakhir pada satu warna.