Dengan Sisa Tinta
Kutulis ini dengan sisa tinta yang ada.
Berasas rindu yang tetap ada dan cintaku yang telah terlanjur selamanya.
Tentangku, juga tentangmu, aku dan kamu yang bukan kita.
Yang saling menaruh kagum, dan suka yang tersekat kalimat “Kita teman saja"
Pun karena prinsipmu yang membaja.Andai kau tau, aku ingin lebih dari sekadar sahabat.
Aku ingin kau dan aku benar benar terikat.
Biarkan jiwa bersatu, dan mengalir bersama irama semesta.
Biarlah raga saling mendekap, menenangkan dalam rengkuhan cinta.Puisi ini kutulis hanya karenamu.
Kau pelita, cahaya yang jelita.
Dan aku?
Aku sebatas makhluk separuh gila, meraba wajahmu dalam lantunan doa nyaring yang terbaca dalam malam malamku.
Puisiku hanya bahasa yang kuulang berulangkali.
Semuanya sama, karena rasaku lagi lagi patah hati.Seperti waktu ini.
Kala kau pergi lagi, kau bilang lupakanlah aku, tapi bagaimana caranya aku melupakan yang terlanjur lekat menyatu bersama hati?
Beritahu aku kalau kau sudah mengerti.Ini semacam dilema.
Hati yang saling suka tersekat ikatan pertemanan dan terpaut jarak yang kian jauh.
Pergimu adalah mata air airmata.
Tanpamu yang hanya kawanku, aku luruh, hilang separuh, tidak lagi penuh.
Dengan sisa tinta yang ada, biarlah kutuang gundahku lagi.
Bersama perginya kamu yang kukagumi, aku bersulang untuk patah hatiku yang sudah puluhan kali.Kuharap kamu kembali dan masih sama.
Rasamu padaku, dan pedulimu untukku masih sama.
Semoga saja.
Kelak kita terikat cinta yang benar benar ikatan cinta.
Semoga.Maka dengan sisa tinta, dan dengan utuhnya cinta.
Izinkanlah aku kembali menuliskan rima, sebait dua bait andai, sebaris dua baris doa, dan satu atau dua puisi lagi untuk merefleksikan kagumku yang telah pada tingkat paripurna.
Untukmu, jelita yang sempurna.Iniipy
KAMU SEDANG MEMBACA
Elegi Roman Remaja
PoetryKarena asmara kaum remaja tak pernah berakhir pada satu warna.