sosok berinisial I #15

1.3K 102 5
                                    

Setelah kejadian di cafe itu ikhsan menjaga intan lebih ketat karna ikhsan tak ingin adiknya melakukan hal yang lebih parah lagi. Walaupun sesekali intan berhasil kabur dari jagaannya.

Sementara hafidz yang semakin hari semakin berbeda tingkahnya. Hingga hana menjadi bingung dan banyak pikiran pikiran yang menghantui dirinya. Di mulai dari hafidz yang mulai pulang lebih malam tak seperti biasanya. Terkadang susah untuk di hubungi dan tidak memberi kabar hana. Lebih sibuk dengan hp hingga suatu saat hana melihat ada notif pesan dari seseorang yang sepertinya sengaja hafidz tutupi dan ia beri inisial nama "I".

Pagi ini hafidz ada jam ngajar di pondok. Seperti biasa hana pun menyiapkan pakaian kerja hafidz di atas kasur sambil menunggu hafidz yang sedang membersihkan badannya di kamar mandi.

Hana yang sedari tadi risih mendengarkan handphone hafidz yang terus berbunyi pun penasaran.

"Siapa sih pagi pagi gini udah bawell.." Gumamnya sambil berjalan ke arah handphone hafidz yang ia taru di atas meja kecil samping tempat tidurnya.

"I?" Gumam hana bingung.

"Kamu kenapa si ga bales chat aku?"  Ucap hana dengan pelan sambil membaca notif teratas di tampilan lockscreen yang  bergambarkan fotonya dan hafidz. Hingga seketika moodnya kembali naik. Karna hafidz tak pernah mengganti wallpaper itu. Dengan alasan " Akunya ganteng di sini.. Jadi aku suka.." . Apapun alasannya hana tetap senang karna hafidz sangat suka dengan foto foto kita berdua. Namun mata hana kembali terfokus dengan notif yang baru masuk itu.

"Siapa dia?" Gumam hana lagi. Jantungnya mulai berdetak tak menentu. Pikiran pikiran negatif itu pun datang menghantui pikiran hana. Entah mengapa hana merasa ada rasa sakit yang mulai timbul di bagian hatinya. Tapi ia terus mencoba berfikir positif kepada suaminya karna ia tak ingin ada permasalahan. Ia pun kembali teringat dengan kejadian ketika hana menanyakan sosok "I" kepada hafidz.

*FLASHBACK ON*

Hari ini hari minggu saatnya bersantai bersama keluarga. Kami sarapan di ruang makan sebagaimana layaknya keluarga. Setelah sarapan kami pun mengobrol di ruang tengah sambil bercanda dan menonton tv.

Namun ketika hafidz izin ke kamar mandi handphone hafidz berbunyi. Ternyata ada telpon dari nomor yang berinisal "I".

Karna hafidz tak kunjung datang akhirnya hana pun mendiamkan telpon itu hingga hafidz datang. Karna hana walaupun sudah berstatus istrinya hana tak pernah berani membuka handphone hafidz tanpa izin. Karna orang itu terus menelpon hafidz sampai beberapa kali. Hana pun melongok ke arah hanphone hafidz dan terlihatlah beberapa pesan yang baru masuk dari si inisial "I" itu.

Dan tak lama kemudian hafidz pun datang. Karna melihat hana yang melihat ke arah ponselnya. Hafidz pun menanyakan hal tersebut ke hana.

"Ada apa mi?" Tanyanya sambil kembali duduk di samping hana.

"Ga papa.. Itu tadi ada yang telpon sama chat terus.." Jawab hana.

"Siapa? Kenapa ga di angkat aja?" Ucap hafidz sambil membuka hanphonenya.

"Nomornya berinisial I.. Aku kan belum izin ke kamu.. Ga sopan kan kalo buka handphone orang tanpa izin.." Jawab hana.

Hafidz yang sempat kaget mendengar nama nomor telpon yang hana beritahu dan juga salut dengan kepribadian hana yang tidak pernah berubah dari dulu. Hana sosok wanita yang sangat sopan, santun dan beradab. Sangat patuh kepada orang tua dan penurut. Hingga hafidz sangat terkagum kagum dengan sikap hana yang sangat ia sukai itu.

Hafidz pun langsung mengecek apa benar orang di balik notif handphone hafidz adalah nomor yang ia beri inisial I?

Yap ternyata benar. Hatinya mulai berkecambuk dengan rasa bersalah yang selalu menghantuinya. Entah sampai kapan ia harus menyembunyikan ini semua dari hana. Ia sudah sangat tidak tega terus terussan menyakiti dan membohongi wanita yang ia cintai itu. Dan juga terus terussan menekan dirinya dengan rasa bersalah.

"I siapa?" Tanya hana secara tiba tiba hingga membuat hafidz menjadi panik dan bingung harus berkata apa.

"Emm.. Dia temen kerja ku.." Jawab hafidz sebisanya.

"Kenapa namanya cuma huruf I?" Tanya hana bingung.

"Emm itu.. Sebenernya namanya panjang tapi teman teman manggilnya dengan sebutan I.. Agar lebih simpel aja.." Jawab hafidz.

"Ohh.. " Ucap hana.

"Maafin aku ya han.. Harus bohong lagi ke kamu.." Gumam hafidz.

Kemudian mereka pun kembali bercanda dan mengobrol seakan akan tak ada masalah. Karna mereka berdua memang bukan tipe orang yang suka membesar besarkan masalah. Hingga hana hanya menganggap pikiran negatifnya seperti angin lewat.

*FLASHBACK OFF*

Namun kali ini hatinya mulai berkecambung kembali.

"Apa iya hanya sebatas teman kerja?" Gumam hana lagi dalam masih sambil termenung melihat benda kecil itu dari jauh.

Hingga tak lama kemudian hafidz pun keluar dari kamar mandi. Sementara hana masih diam tak berkutik. Pikirannya terlalu beku untuk memecahkan misteri ini. Hingga terkadang kepalanya menjadi sedikit pusing karna telalu di paksakan untuk berfikir.

"Kamu kenapa?" Tanya hafidz.

Hana yang tersadar atas lamunanya ketika mendengar pertanyaan dari hafidz pun menjadi sedikit kaget.

"Ga papa.. Nanti kalo udah rapih langsung ke meja makan aja ya.. Aku mau ke dapur sebentar.." Jawab hana  masih dengan nada yang lembut. Kemudian berjalan ke arah dapur. Padahal ia tak ingin melakukan apa apa di dapur karna sarapan untuk hafidz dan ais sudah ia siapkan di meja makan sejak tadi.

"Oke sayang.." Jawab hafidz tersenyum dan kembali melanjutkan kegiatannya.

Setelah itu mereka pun sarapan bersama.

👣👣👣

Setelah hafidz berangkat dan diikuti oleh ais yang juga ingin berangkat ke kampus hana pun kembali mengurus nafiz yang baru bangun tidur. Selesai mengurus nafis dan mengurus rumah. Hana meluangkan waktunya untuk nafiz sebelum ia berangkat ke rumah sakit untuk berdinas. Sebelumnya hana berniatan untuk berhenti bekerja dan fokus untuk mengurus putranya. Namun pihak keluarga melarangnya jangan berhenti kerja dulu sebelum cita cita hana tercapai. Yaitu membuka klinik sendiri. Saat ini klinik hana masih dalam proses pembangunan. Butuh waktu beberapa bulan lagi untuk selesai.

Hana selalu mencoba tidak memikirkan kegelisahannya tentang hafidz saat di depan nafiz karna seorang ibu memiliki ikatan batin yang sangat kuat dengan anaknya. Di setiap saat ibunya sedang tidak enak pikiran maka anaknya pun akan merasakan hal yang sama. Namun apa daya pikiran hana terlalu berat hingga terkadang ia merasa sedikit stres. Tapi untung ada nafiz hingga ia merasa sedikit ada hiburan..

Saat ini hana sedang bercanda dengan nafiz yang selalu tertawa ketika hana menggodanya. Nafiz anak yang ramah tak cuek seperti uminya dan manis seperti umi dan abinya.










































BERSAMBUNG..

Happy reading💖💖

Enjoyyy💖

Jangan lupa vote dan comen💖

Jangan lupa follow instagram

@husnunafch_
@haii_nu



Ternyata dia jodoh ku ❤ 2 (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang