9. Mari Kita Mulai

61 12 0
                                    

"Langkah baru, pertemuan baru dengan seseorang yang sudah lama ada."

--

Author POV

Semenjak saat itu, kabar Akmal tidak lagi terdengar. Seperti hilang begitu saja, namun aku pun tak seharusnya mencari tahu. Bukan sesuatu hal yang harus ku khawatirkan lagi.

Terhitung sudah 4 bulan semenjak saat itu, mungkin saja dia sedang mempersiapkan diri untuk ujian nasional yang berlangsung sejak hari ini.

Banyak kemungkinan yang ada dalam pikiranku.

"Sumpah, itu soal menjebak banget. Udah banyak soalnya tapi jawabannya ada seumprit," keluh Kia saat mereka keluar dari ruang ujian. Kia dan Nata mendapat kloter pertama untuk ujian hari ini. Sedangkan, Lili mendapat kloter kedua, dan May mendapat kloter terakhir.

"Bukan soal bahasa namanya kalau soalnya pendek terus jawabannya gampang," sahut Nata menyetujui ucapan dari Kia.

"Dari jaman SD sampai sekarang, gak pernah benar saya kalau jawab soal bahasa ini," kekeh Kia yang ditanggapi pula oleh Nata. "Udah yuk, jangan dipikirin lagi. Besok masih ada ujian, mending sekarang kita pulang terus istirahat," ucap Nata seraya merangkul pundak Kia.

Setibanya mereka di parkiran, "langsung pulang, Nat?" Tanya Kia saat mereka sudah duduk di atas motor mereka masing-masing.

"Ya, Mama sudah pesan buat pulang langsung hari ini. Kenapa?" Tanya Nata. "Gapapa, yaudah yuk balik," mereka pun meninggalkan sekolah mereka untuk menuju kembali ke rumah.

Butuh 25 menit bagi Nata untuk sampai di rumah. "Assalamu'alaikum," salam Nata saat memasuki rumah.

"Wa'alaikumussalam, Mama ada di dapur, Nat." Nata langsung menghampiri Ara yang tengah memasukkan bahan makanan ke dalam kulkas.

Nata mencium punggung tangan Ara, "ganti baju dulu gih, habis itu makan. Sudah Mama siapin di meja," ucap Ara yang diangguki oleh Nata. "Ya udah, Nata naik dulu, Ma." Setelahnya Nata naik ke kamarnya untuk mengganti baju.

Saat ingin meletakkan tasnya di atas meja belajar, tak sengaja Nata melihat amplop yang terletak manis di atas mejanya.

Nata langsung bergegas mengganti lalu menghampiri Ara yang sedang mencuci piring, "Ma, surat yang di atas meja Nata, Mama yang naruh?" Tanya Nata. "Ya, tadi tukang post datang ke sini," jelas Ara.

"Dari siapa, Ma?"

"Di amplopnya gak ada namanya, mungkin di dalamnya ada Nat. Udah dibuka?" Nata menggeleng, "coba dibuka dulu, mungkin dari temanmu," Nata mengangguk lalu kembali menuju kamarnya.

Nata duduk di kursi belajarnya, memegang amplop yang terbungkus rapi. Benar, tidak ada nama pengirimnya di sana.

Nata membuka surat itu, dari secarik kertas berwarna biru di dalamnya. Nata membuka kertas itu, membaca perlahan isi surat itu.

Hai
Kamu apa kabar?
Mungkin rasanya seperti tidak tahu malu, harus mengirimi surat ini ke kamu.
Sejak saat itu, hidup saya berubah. Semuanya.
Seperti ada yang hilang dalam hidup saya. Terasa kosong.
Kalau saya bilang saya kangen kamu, apa masih boleh?
Mungkin ini yang kamu rasakan dulu, di saat saya yang begitu tega menyakiti kamu dengan nyata.
Ini balasan atas semuanya.
Saya ikhlas.
Kamu baik-baik saja, ya?
Kita berpisah untuk saat ini, kejar semua yang saat ini kamu ingin kejar.
Di waktu, entah kapan, jika memang benar itu kamu, percayalah saya akan datang lagi, untuk kembali bersama. Kita, kamu dan saya.

Lelaki yang menyayangimu,
Nadhif Akmalul Putra.

Nata melipat kembali kertas itu, entah mengapa hatinya begitu tersentuh. Benar, dirinya juga merindukan lelaki itu.

[4] Love is Trust [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang