28. Berlanjut

32 9 0
                                    

"Bila ini hanya prasangka, mengapa rasanya begitu kuat?"

--

Author POV

"Makan yang banyak, Mal," ucap Nata saat melihat Akmal yang hanya menyendokkan sedikit nasi ke atas piringnya. "Nanti nambah lagi sayang," elak Akmal.

Nata menggeleng lalu menyendokkan sedikit nasi serta lauk ke atas piring Akmal, "selamat makan sayangku," Nata tersenyum puas melihat Akmal yang makan banyak.

"Coba gitu loh makannya, kan kamu gak kurus-kurus gini, Mal," ejek Wanda terkekeh melihat nasi yang ada di piring Akmal. "Diem aja deh, Kak,"

"Haha," tawa Wanda semakin pecah melihat raut kesal dari Akmal. Nata hanya tersenyum melihat interaksi kakak beradik ini.

--

Akmal bersiap untuk mengantar Nata pulang, "mau beliin sesuatu buat nenek gak?" Tanya Akmal. "Gak usah, langsung pulang aja. Biar gak terlalu malam," balas Nata.

Akmal mengangguk lalu memasangkan helm ke kepala Nata. "Ayo naik," Nata duduk di belakang Akmal. Dengan tangan yang memegang erat pinggiran jaket yang dikenakan Akmal.

"Tadi pulang jam berapa, Mal? Gak kayak kemarin telatnya," tanya Nata.

"Abis ashar udah kelar, Nat. Kenapa?" Akmal tidak menaruh curiga atas pertanyaan Nata. "Abis itu ke mana lagi?"

"Hm," nampak Akmal tengah berpikir, "gak ke mana-mana, langsung pulang. Kenapa sih?" Akmal lupa. Sesuatu yang justru membuat Nata tidak nyaman.

"Gapapa, bawa motornya gak usah kenceng-kenceng," Nata mengingatkan Akmal. "Pegangan yang kenceng, Nat. Takut kamu terbang," kekeh Akmal.

"Ih, malah bercanda," Akmal mengaduh saat Nata dengan kesal mencubit pinggang Akmal. "Sakit sayang," balas Akmal.

"Kamu sih," Akmal tahu kalau saat ini Nata tengah cemberut, dan itu membuat Akmal terkekeh.

Akmal menggenggam tangan Nata yang ada di jaketnya, "maaf sayang," ucap Akmal tulus.

--

"Udah dong Nat cemberutnya, jelek tau," bukannya membujuk, justru Akmal mencubit pipi Nata dengan gemas yang membuat Nata semakin kesal.

Nata tidak menjawab, "sayang, udah dong. Senyumnya mana coba," pinta Akmal. "Kamu jangan bohong-bohong, ya?"

Akmal mengerutkan dahinya bingung. Bohong seperti apa yang dimaksudkan oleh Nata. "Ya, saya gak bohongin kamu," balas Akmal.

Nata tersenyum, "saya percaya,"

"Nah, gitu dong. Kan, makin cantik kalau senyumnya manis gini," Akmal mengusap kepala Nata. "Dah, gih kamu pulang. Ntar keburu malem banget," Akmal mengangguk.

"Salam sama nenek, ya?"

"Iya, hati-hati. Jangan ngebut," Nata memberi peringatan pada Akmal. "Ya, Nata. Assalamualaikum," pamit Akmal.

"Waalaikumussalam,"

Nata memperhatikan motor Akmal yang kian menjauh, hingga tidak terlihat lagi dalam penglihatannya.

"Saya percaya kamu, Mal," ucap Nata membatin, namun semua rasa itu tidak dapat ditutupi. Mencoba mengelak rasa tidak nyaman itu, berharap kalau itu tidak benar.

--

Pagi ini Akmal mengawali harinya dengan semangat. Sudah terhitung seminggu ia praktik di kantor ini.

"Woyy," kaget seseorang di belakang Akmal. "Eh, saya kira siapa," balas Akmal terkejut.

"Tumben datangnya telat, biasanya udah duduk manis jam segini mah," sahut Mutia sembari merapikan pakaiannya.

[4] Love is Trust [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang