17. Gagal Coba Lagi

41 9 0
                                    

Mohon maaf lahir dan batin readersku semuanya, kawan-kawan onlennya aku💗
Selamat hari raya, tetap stay safe ya. Di rumah saja, sambil baca cerita author ehe😂

--

"Menyerah bukan tujuan akhir, semenjak saya memutuskan untuk kembali berjuang."

--

Author POV

"Hallo," sapa seseorang dari ujung telepon.

Seorang wanita yang tengah duduk dibangkunya lantas menjawab sambungan telepon itu.

"Ya, hallo," balas Nata. Nata masih memasukkan buku-bukunya ke dalam tas. Habis ini sudah tidak ada lagi kelas, karena hari ini hanya ada dua mata kuliah saja.

"Masih ada kuliah, gak?" Akmal, lelaki itu yang sedang berteleponan dengan Nata. "Gak ada, ini baru selesai. Kenapa, Mal?" Tanya Nata.

"Temenin nyari kado yuk? Hari ini Kak Wanda ulang tahun, Ibu sama Ayah juga dateng," jelas Akmal. Nata mengangguk seolah Akmal sedang ada di depannya. "Emangnya mau beliin apa?"

"Makanya saya ngajak kamu, Nat. Kan saya cowok jadi gak tau mesti kadoin apa," Nata terkekeh, "maaf,"

"Saya jemput atau ketemuan di parkiran? Saya juga gak ada kuliah ni," tawar Akmal. "Ketemu di parkiran aja, nanti jadi bahan ejekan kalau kamu ke sini," Nata menatap sekelilingnya. Ada Vivi dan Diah yang tengah menatapnya, seolah meminta penjelasan.

"Emang siapa yang ngejek kamu?"

"Udah, ih! Malah kamu goda saya, saya ke parkiran sekarang."

"Oke, salam sama temannya, ya? Bilang jangan ngejek orang yang saya sayang, ntar dia berurusan sama saya," ucap Akmal yang membuat Nata tanpa sadar tersenyum. Bila ada Akmal di depannya, sudah pasti dirinya akan di ejek oleh Akmal. "Apaan si!" Balas Nata menutupi kegugupan dirinya. Selanjutnya Nata memutuskan sambungan telepon itu.

"NATA, KITA BUTUH PENJELASAN! SIAPA DIA?" Tanya Vivi dan Diah bersamaan. Mereka berdua menatap tajam ke arah Nata.

"Besok aja saya ceritain, ya? Sekarang dia lagi nungguin. Oke? Besok saya traktir cilok deh," tawar Nata menatap kedua temannya itu dengan tatapan memohon agar dirinya dilepaskan.

"Saya gak nyangka pertemanan kita hanya sebatas pentol cilok, Nat! Kecewa saya kecewa!" Diah mendramatisir keadaan. "Gak mau tahu, cilok sama gerobaknya mesti kamu beliin," putus Vivi.

"Apapun buat kalian, besok saya traktir. Sekarang saya pergi dulu, oke? Bye ciwi-ciwiku," Nata bangkit dari duduknya lalu melambaikan tangan kepada Vivi dan Diah. Meninggalkan dua temannya itu dan berlalu menuju parkiran untuk menemui Akmal.

"Vi, kita kapan ditelepon kayak gitu? Ngenes banget dah," lesu Diah mengadu pada Vivi. "Kamu aja kali, saya mah udah ada. Udah, ah! Saya pulang dulu ya, bye!" Vivi meninggalkan Diah yang tersenyum sinis menatap Vivi.

"Awas aja kamu Vi, besok saya bawa gandengan tetangga. Awas aja kamu iri," Diah berbicara sendiri. Karena, kelas sudah sepi, ia memilih untuk pulang juga. Daripada ia harus ditemani oleh makhluk yang tak nampak.

Hihhh!!

--

Akmal melihat Nata yang perlahan mendekat ke arahnya. Senyum Nata mengembang tatkala sudah berada di depan Akmal. "Senyum terus nih, lagi bahagia banget ya?" Tanya Akmal seraya menyerahkan helm kepada Nata.

"Gak juga," elak Nata. Ia sudah duduk di boncengan motor Akmal. "Bilang aja kamu bahagia karena jalan bareng sama saya lagi," Nata mencubit pinggang Akmal dengan kesal.

[4] Love is Trust [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang