33. Aku Percaya

39 8 0
                                    

"Jika kamu minta aku percaya, maka aku akan percaya sekalipun itu adalah kebohongan."

--

Author POV

Nata melepas kacamata yang semenjak tadi pagi bertengger di hidungnya yang sedikit mancung itu. Memijat pelipis, berharap rasa pening yang ia rasakan saat ini dapat berkurang.

Semenjak tadi pagi, Nata melihat deretan angka yang ada di depan komputer, dan sekarang sudah waktunya makan siang.

Perutnya sudah berdemo untuk meminta makan. Karena, wajar saja, Nata sarapan hanya sedikit tadi pagi bersama Akmal di rumahnya.

"Nat, kantin yuk. Udah waktunya istirahat," ajak Riri yang mendatangi mejanya.

Lebih dulu Nata menclose dokumen yang telah ia simpan tadi. Kemudian mematikan komputernya.

"Ayo," sahut Nata seraya mengambil ponselnya dekat gelas kaca yang ada di meja kerjanya. Tak lupa juga dompet yang ada di tasnya.

Mereka keluar ruangan dengan beberapa karyawan yang juga ingin pergi ke kantin.

"Siang, Pak," ucap Riri seraya menunduk saat melihat Arya yang ingin memasuki ruangannya.

"Kamu mau ke mana?" Riri terdiam. Pak Arya bertanya padanya, pikir Riri. "Saya, Pak?" Riri memastikan.

"Bukan. Teman kamu," Riri menoleh ke arah Nata dengan pertanyaan yang memenuhi otaknya saat ini.

"Mau ke kantin," balas Nata sopan. "Setelah makan, kamu ke ruang saya. Ikut saya rapat nanti siang," setelah itu Pak Arya masuk ke dalam ruangannya.

Riri yang masih tidak mengerti pun menyenggol tangan Nata. "Kamu deket sama Pak Arya?" Tanya Riri.

Mereka berjalan lagi, menuju lift. "Gak, Ri."

"Mungkin karena laporannya saya yang buat, jadi gitu." Lanjut Nata.

"Saya juga mau dong di ajak rapat gitu, siapa tahu kan bisa digebet tuh Pak Arya," kekeh Riri.

"Katanya Pak Arya serem," ejek Nata mengingat pembahasan kemarin bersama teman-temannya yang menggosipkan Pak Arya.

"Serem-serem sedepp,"

--

'Tok...tok..tokk..'

"Masuk," sahut Pak Arya dari dalam ruangan. "Permisi, Pak," sapa Nata dengan sopan.

"Duduk dulu di sana, saya mau selesaikan ini dulu," Pak Arya menunjuk sofa yang ada di dekat pintu masuk.

Nata duduk dengan pandangan yang mengarah ke Pak Arya.

10 menit...

20 menit...

Nata tidak melihat Pak Arya bangkit dari kursi kerjanya. Nata mati gaya kalau gini ceritanya. Duduk tanpa melakukan apa-apa.

"Ehem, maaf Pak. Apa yang harus saya kerjakan?" Tanya Nata dengan sopan, tidak berniat untuk menyindir Pak Arya.

"Kamu tunggu dulu. Sebentar lagi saya selesai," Nata menghembuskan napasnya. Tidak berniat mencari masalah dengan atasannya itu.

Nata memainkan jarinya dengan bosan, tidak tahu apa yang harus dia lakukan saat ini.

"Di laci sebelah sofa ada novel adik saya, kalau kamu mau baca, silakan."

Nata melirik novel yang dimaksudkan. "Pak, saya ke sini bukan untuk baca novel. Kalau memang masih lama, lebih baik saya balik ke ruangan saya. Lumayan waktunya bisa saya pakai untuk mengerjakan laporan hari ini," Nata memberanikan diri untuk bersuara.

[4] Love is Trust [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang