"Bahkan senyumanmu masih sama, masih menjadi bagian favorit dan yang selalu ku rindukan."
--
Author POV
11 tahun kemudian...
"Alanaaa, jangan coret-coret tugas abang donggg," pekik Tama saat melihat adiknya itu telah mencoret-coret kertas yang baru saja ia tinggalkan menggunakan pensil warna.
Alana yang ditegur seperti itu malah tertawa, dan berlari untuk pergi.
"Ma, Alana nihh," adu Tama. Nata yang baru saja mengambil cemilan di dapur pun hanya menggeleng melihat keributan yang terjadi.
"Kenapa, Bang?" Nata duduk di samping Tama dengan Alana yang sudah duduk di pangkuannya. "Ini," Tama menunjukkan kertas yang telah berisikan coretan dari Alana.
"Ayo buat lagi, mama bantuin," Nata meredam kekesalan sang anak sulung.
"Huhft," Tama membuang napasnya kasar. "Sabar, abang. Kan Alana masih kecil, belum ngerti. Ya kan, sayang," Nata menundukkan pandangannya, melihat Alana yang sedang memainkan ujung jilbabnya.
"Hehee," ucap Alana sembari tertawa.
"Maaf abang," ucap Alana lagi seraya menggapai tangan Tama.
Tama yang tidak tega pun mencium pipi Alana dengan gemas. "Maafin abang juga udah marah-marah,"
Alana mengangguk, "peluk," Tama pun memeluk Alana dengan sayang.
Nata tersenyum haru melihat kedua anaknya yang tengah berpelukan. Alana memiliki sifat persis seperti dirinya, dan Tama menuruni sifat dari Akmal.
"Assalamualaikum," ucap Akmal yang baru saja masuk ke dalam rumah. Akmal tersenyum melihat Nata dan kedua anaknya sedang duduk di karpet yang ada di ruang keluarga.
Akmal melepas sepatunya, dan menghampiri keluarganya itu. "Tumben cepet pulang, Mas?" Nata menggapai tangan Akmal yang sudah ada di hadapannya. "Ya sayang, Mas kangen sama kalian," Akmal mencium kening Nata.
Beralih dengan kedua anaknya. Akmal mencium kening Tama yang tengah menggambar, lalu menggendong Alana yang sedari tadi sudah mendekat ke arahnya.
"Papa, tadi Alana berantem sama Bang Tama," adu Alana yang sudah memainkan dasi sang papa
Akmal menatap putri bungsunya itu, "berantem kenapa sayang?" Akmal mengelus lembut rambut sang putri.
Nata menepuk posisi kosong yang ada di sebelahnya, mengajak Akmal untuk bergabung.
Akmal mendudukkan Alana di pangkuannya. "Tadi Alana coret-coret tugasnya abang. Terus abang marah sama Alana, tapi Alana udah minta maaf terus pelukan sama Abang," Akmal tersenyum mendengar celotehan dari Alana.
"Anak papa pinter banget sih. Abang juga pinter udah sayang banget sama Alana, sini Bang peluk papa," mendengar itu, Tama mendekat ke arah Tama. Memeluk sang papa.
"Abang harus bisa jagain adek, ya? Maafin adeknya kalau dia gangguin abang," Tama mengangguk.
"Mama juga sini dong," Nata tersenyum lalu ikut memeluk suami dan anak-anaknya itu.
Kebahagiaan yang tidak pernah terduga, datang dengan sejuta cahaya menghangatkan hati.
--
"Abang, jangan lupa bawa jaket ya. Nanti pasti dingin di rumahnya nenek uyut," ucap Nata yang kini tengah menyiapkan bekal untuk mereka makan saat dalam perjalanan.
Di libur panjang minggu ini, mereka memang berencana untuk menginap di rumah Rifa. Menemani wanita yang sudah berusia senja itu.
"Ada yang bisa Mas bantu?" Tanya Akmal yang masuk ke dapur. Akmal memposisikan diri di belakang Nata. Mengikat rambut wanita itu dengan baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
[4] Love is Trust [Completed]
Ficção GeralHighest Ranking : #1 in teruntuk [19/05/2020] Judulnya berbeda ya, tapi isi cerita tetap sama❤ -- "Jika percayamu bukan aku, apakah cintamu masih untukku?" -- Insyaallah up setiap hari sabtu ya♡ Mulai : 8 Februari 2020 Selesai : 29 Septembe...