"Yang dulu hanya sebatas teman, kini berganti menjadi teman hidup."
--
Author POV
"Pagi," Nata terkejut melihat Akmal yang sudah menunggunya di depan gerbang. Hari ini memang dirinya memiliki janji dengan Akmal.
Setelah permasalahan mereka kemarin, akhirnya mereka sepakat untuk berdamai dengan syarat tidak ada lagi yang mereka harus tutupi.
Walaupun sebenarnya, sedari awal mereka memutuskan kembali untuk bersama dengan sendiri mereka saling terbuka.
"Cantik bener," puji Akmal sembari mengulurkan helm untuk Nata. "Gombalnya, Mas." Akmal tahu kalau Nata masih kecewa dengannya. Mungkin belum memaafkan Akmal sepenuhnya.
"Ayo naik," Nata menurut. Mereka pun pergi, sesuai janji Akmal kemarin kalau dirinya ingin mengajak Nata pergi setelah kesibukan yang membuat hubungan mereka merenggang.
--
"Mal, masih jauh gak?" Tanya Nata. Kini mereka tengah berjalan menuju tempat yang akan mereka tuju.
Motor sudah Akmal parkir di tempat yang sudah disediakan. Dan, kini mereka harus berjalan beberapa meter menuju tempat itu.
"Bentar lagi sampai, Nat. Masih kuat?" Tanya Akmal sembari mengulurkan tangannya. Nata mengangguk, "kuat kok. Ayo!" Nata mendorong bahu Akmal dengan maksud untuk melanjutkan perjalanan mereka.
Selang 10 menit kemudian, akhirnya mereka sampai. Tempat yang membuat siapa pun yang melihatnya akan mengucap syukur.
Bersyukur karena masih mampu melihat ciptaan tuhan yang begitu indah. Beberapa saat mereka masih terpana dengan keindahan air yang jatuh begitu indah tepat di hadapan mereka.
Suara air yang jatuh mengalun begitu indah di telinga. Suasana tenang langsung dapat Nata rasanya seraya menghirup dalam-dalam udara sejuk yang masuk ke dalam rongga pernapasannya.
"Gimana? Gak nyesel kan?" Tanya Akmal. "Sama sekali gak. Ini indah banget Akmal," Akmal tersenyum melihat wajah bahagia Nata.
"Duduk di situ yuk? Biar ngeliatinnya lebih nyaman," Akmal menuntun Nata untuk duduk di bebatuan yang jaraknya sedikit jauh dari air terjun. Namun kaki mereka masih bisa terendam air yang jatuh dari puncak.
"Nat, maaf saya baru ada waktu," ucap Akmal mengawali.
Akmal masih merasa tak enak hati dengan Nata mengenai permasalahan mereka kemarin. Walaupun Nata sudah memaafkannya, namun tetap saja rasanya masih berbeda.
"Saya gak permasalahin itu, Mal. Dan, ini sudah kita bahas. Kita memiliki kesibukan masing-masing, tetapi hanya satu yang saya minta sama kamu," Nata menatap Akmal dengan posisi menyamping. "Saya cuma mau kamu jujur, jangan ada yang ditutup-tutupi. Itu saja, Mal," lanjut Nata.
Kebohongan mungkin saja hal kecil dalam sebuah hubungan, namun percayalah kalau kebohongan itu bisa saja menjadi bom untuk hubungan itu sendiri.
"Tapi yang masalah Mutia itu, serius saya gak maksud buat ngasi dia harapan, Nat."
Nata mengenggam tangan Akmal, "kamu gak salah, gak ada yang salah. Akan tetapi, coba kamu pikirkan apakah tindakan kamu benar? Oke. Kamu berniat baik untuk mengantar Mutia pulang, dengan maksud agar Mutia menghemat ongkos. Tetapi, apa Mutia beranggapan seperti itu?"
"Wanita itu perasaannya halus, Mal. Mereka merasakannya pakai hati, tidak seperti lelaki yang melakukan semuanya menggunakan logika."
"Andai saya di posisi Mutia pun, tentu akan merasakan hal yang sama. Terlepas kamu sudah memiliki pacar atau gak," lanjut Nata mencoba memberikan penjelasan pada Akmal.
KAMU SEDANG MEMBACA
[4] Love is Trust [Completed]
Ficción GeneralHighest Ranking : #1 in teruntuk [19/05/2020] Judulnya berbeda ya, tapi isi cerita tetap sama❤ -- "Jika percayamu bukan aku, apakah cintamu masih untukku?" -- Insyaallah up setiap hari sabtu ya♡ Mulai : 8 Februari 2020 Selesai : 29 Septembe...