11. Lembar Baru

55 10 0
                                    

"Lepas bila itu menyakitkan, namun bertahanlah jika kamu masih mampu menahan rasa sakit itu."

--

Author POV

Perkuliahan baru saja selesai, hari ini hanya ada satu mata kuliah saja. Nata segera keluar kelas, lalu menuju perpustakaan.

Terlebih dahulu, Nata registrasi masuk perpustakaan menggunakan kartu perpustakaan yang baru saja jadi seminggu yang lalu.

Sudah satu bulan berjalan, mungkin perlahan Nata sudah bisa beradaptasi dengan suasana kampus barunya.

"Eh, Nat? Gak pulang?" Tanya seseorang seraya menarik kursi di sebelah Nata. "Belum nih, kamu gak pulang?" Tanya Nata.

Orang itu adalah Vivi Amanda, teman satu kelas Nata. "Bentar lagi, mau nyari-nyari buku buat dibaca," Nata hanya mengangguk. Kemudian, Vivi beranjak menuju rak-rak buku.

Nata melanjutkan rutinitasnya, membuka laptop dan mengetik sesuatu yang berkesan hari ini. Berharap, suatu saat nanti hasilnya ini akan dibaca oleh banyak orang.

Mendengar musik, masuk ke dalam ruang ilusi yang dibuat oleh Nata menjadi kebiasaannya dari dulu.

"Jika pintaku terlalu sulit untuk kamu kabulkan, bisakah kamu tetap ada tanpa ku minta?"

Kira-kira begitulah salah satu potongan kalimat yang sedang Nata tulis.

Tak terasa, perlahan namun pasti Nata sudah terbiasa dengan ruang hati yang perlahan membaik. Ruang itu masih merasa rindu, tidak bisa dipungkiri. Mencari tahu kabar Akmal juga tidak bisa ia elakkan.

Lelaki yang sudah tidak terdengar lagi kabarnya, entah ke mana. Postingan terakhir di media sosialnya pun sudah lama. Seminggu setelah Nata putus dengan Akmal.

Dari Kak Alfi, Nata tahu kalau Akmal juga melanjutkan kuliahnya di luar kota. Berkaitan dengan Kak Alfi, Nata sudah menganggap Kak Alfi seperti Kakaknya sendiri. Berhubung Nata juga anak tunggal, ia begitu merasa dilindungi oleh Kak Alfi.

Ponsel Nata bergetar, "sudah pulang?" Tanya seseorang dalam panggilan telepon itu.

"Masih di kampus, Kak. Kenapa?"

"Pulang ngampus, ngopi bareng, mau?" Tawar Alfi. Ya, orang yang menelepon Nata adalah Alfi.

"Boleh, di coffee shop biasa kan?" Tanya Nata memastikan. "Ya. Saya tunggu di sana ya," Nata tersenyum. "Oke,"

Setelahnya, Nata menutup kembali laptopnya. Lalu, mengambil tasnya di loker depan perpustakaan. Memakai sepatu lalu menuju parkiran untuk mampir di coffee shop biasanya.

--

Lonceng coffe shop itu berbunyi, Alfi menoleh dan melambaikan tangan kepada Nata. Nata mendekat, "sudah lama?"

Alfi menggeleng, "lima menit yang lalu," Nata mengangguk.

Ia duduk di depan Alfi. "Kopinya sudah saya pesankan, seperti biasa kan?" Nata tersenyum, "tahu saja,"

Nata dan Alfi memang sering menghabiskan waktu untuk sekedar minum kopi bersama. Bercerita, dan tertawa bersama.

"Gak ada kuliah lagi?" Tanya Alfi. "Cuma satu mata kuliah saja hari ini," Alfi mengangguk.

"Silakan dinikmati," seorang pelayan membawa kopi yang sudah dipesan oleh Alfi. "Terimakasih," balas Alfi dan Nata.

"Kakak gak kerja?" Tanya Nata setelah meminum sedikit kopinya. "Hari ini saya shift malam," balas Alfi.

"Enak gak kerja di sana?" Alfi tersenyum mendengar pertanyaan dari Nata. "Enak, sebenarnya saya mau ngumpulin uang buat lanjut kuliah. Biar gak bebanin orang tua juga, lumayan mahal kan."

[4] Love is Trust [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang