14. Mengelak

47 11 0
                                    

"Tak terlihat, namun terasa. Itu kamu."

--

Author POV

"Selamat pagi," Nata yang baru saja membuka pintu pagar lantas terkejut. Ada apa gerangan yang membuat lelaki itu sudah ada di depan rumahnya pagi-pagi seperti ini. Nata mencoba untuk tidak peduli, ia memilih untuk melanjutkan rencananya pagi ini untuk berlari di sekitar kompleks.

Lelaki itu masih mengikuti Nata, berlari di belakang Nata. Nata yang jengah pun berbalik, "mau kamu apa sih?" Tanya Nata. Pertanyaan Nata hanya dibalas senyuman oleh lelaki itu.

Dia, Akmal. Rajin sekali dia sudah ada di depan rumah Nata pagi ini. "Mau jalan sama kamu, boleh?"

"Gak!" Nata melanjutkan larinya. Akmal tersenyum, penolakan Nata tidak membuatnya menyerah. Jika bukan karena kesalahannya, Nata tidak mungkin ada di sini saat ini, dan tidak mungkin akan menjauhinya seperti ini.

"Nata, awas!" Akmal menarik bahu Nata ke pinggir jalan, yang membuat mereka terjatuh. "Shit! Woy naik motornya santai aja dong!" Kesal Akmal melihat penaik motor yang berlalu begitu saja.

"Kamu gapapa?" Akmal membantu Nata untuk berdiri. "Kamu luka?" Akmal menarik tangan Nata, melihat lengan wanita itu terluka dan mengeluarkan darah. "Gapapa," Nata menarik tangannya yang sempat digenggam oleh Akmal.

Nata berjalan meninggalkan Akmal, "Nat, itu diobatin dulu. Nanti malah infeksi," Akmal berusaha mengimbangi Nata. "Nat, dengar! Itu luka kamu, obatin dulu," Akmal kembali meraih pergelangan tangan Nata saat dirinya sudah berjalan di samping Nata.

"Peduli apa kamu?" Sarkas Nata. "Saya bisa obatin sendiri," lanjut Nata dan menghentakkan tangannya agar terlepas dari genggaman Akmal.

"Nat, jangan gini. Saya minta maaf, kita obatin luka kamu dulu. Ayo," Tak ingin dibantah lagi Akmal memilih menggendong Nata di punggungnya. Karena, dirinya tidak tega melihat Nata yang berjalan dengan tidak benar.

--

"Assalamualaikum," salam Nata setibanya mereka di rumah. Rifa yang baru saja selesai membuat sarapan pun keluar dari dapur, "yaa Allah, nduk. Kamu kenapa?" Tanya Rifa melihat Nata yang baru saja diturunkan Akmal dari gendongannya ke sofa.

"Jatuh, Nek. Ada orang gak bisa pelan naik motornya,"

"Tunggu, Nenek ambilin kotak P3K dulu," Rifa berlalu untuk mencari kotak P3K yang biasa ia simpan di kamar.

"Duduk," tawar Nata yang melihat Akmal berdiri di sampingnya. Baru saja Akmal ingin duduk, "di sana," tunjuk Nata mengisyaratkan Akmal untuk duduk agak jauh dari Nata.

Akmal yang paham pun memilih untuk tidak bicara lebih dan duduk di sofa yang ditunjuk oleh Nata.

"Ayo di obatin dulu," Rifa membawa kotak P3K dan ia letakkan di atas meja. "Biar saya saja yang ngobatin lukanya Nata, Nek," ucap Akmal. Rifa melirik Akmal, memperhatikan pemuda yang duduk di depannya. "Silakan cah bagus, Nenek buatkan minuman dulu,"

Kemudian Rifa berlalu untuk membuatkan Akmal dan Nata minuman. "Saya bisa sendiri," Nata menarik kotak P3K yang baru saja ingin diambil Akmal.

"Nata. Sekali saja, dengarin saya. Biarin saya yang obatin luka kamu, ya?" Jika sudah begini Nata tidak bisa menolak. Terlebih bila ia sudah mendengar suara Akmal yang memohon seperti itu.

Karena, merasa tidak mendapat penolakan lagi. Akmal beralih untuk duduk di samping Nata, mengambil pelan tangan wanita itu. Membawanya ke atas pahanya. "Tahan sedikit, ya?" Nata hanya bisa mengangguk.

[4] Love is Trust [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang