3. Hanya Aku

83 11 0
                                    

"Di saat hanya aku yang ingin bertahan, dan kamu ingin melangkah. Lalu, disebut apa hubungan ini?"

--

Author POV

Benar kata orang, kesalahpahaman kecil mampu menjadi masalah yang besar jika tidak langsung diselesaikan. Masalah yang seharusnya sudah selesai saat itu juga. Namun, Nata tidak bisa memaksa untuk ia terus yang didengarkan.

Sore ini, Nata kembali mendatangi cafe tempatnya biasa menghabiskan waktu apabila mulai merasa bosan dengan soal-soal yang ia hadapi.

Masih dengan media yang sama, Nata kembali mengetikkan kata demi kata untuk menghasilkan sebuah kalimat yang mampu mewakilkan rasa dalam cerita yang ingin ia tuangkan.

Sembari mendengar musik dari cafe tersebut, Nata masih terus mengetik. Tak sekali, ia meminum jus alpukat yang telah ia pesan.

Cafe sore ini cukup ramai, berisikan mulai dari anak sekolah seperti dirinya hingga pasangan yang menghabiskan waktu sore hari bersama sang kekasih.

Andai saja Akmal tidak menjauh darinya, mungkin saja sore ini ia bersama Akmal. Berbagi kisah secara langsung tanpa dituangkan dalam bentuk cerita.

Mengenai cerita, sudah lama rasanya tak bercerita dengan orang itu. Orang yang selalu mendengar ceritanya dulu, bahkan sekalipun ia merasa bosan, tetap saja lelaki itu memaksa untuk mendengar.

Ponselnya bergetar, sang Mama ternyata sudah menghubunginya. Ah, ya. Ternyata sudah hampir maghrib. Pantas saja dirinya sudah dihubungi.

"Waalaikumussalam, Ma," balas Nata.

"Udah mau maghrib sayang, nanti dicariin sama Papa," jelas Ara dari telepon. "Iya, Ma. Ini Nata mau pulang,"

"Yasudah, hati-hati ya. Assalamualaikum,"

"Waalaikumussalam,"

Setelah memutuskan sambungan telepon itu, Nata memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku celananya. Lalu, memasukkan laptop yang daritadi menemaninya ke dalam tas.

Nata beralih ke kasir untuk membayar jus alpukat yang telah ia minum, lalu pergi dari cafe tersebut.

Nata tengah menaruh kembali dompetnya ke dalam tas, bertepat saat itu lonceng cafe berbunyi.

Nata kembali memakai tasnya dengan benar, tepat saat itu juga pandangannya tertuju pada orang yang baru saja memasuki cafe.

Dia, Akmal.

Lelaki itu juga menatap Nata, masih terpaku di posisinya.

Namun, lelaki itu tidak sendiri. Di belakangnya muncul seseorang yang tidak dikenali oleh Nata. Teman kelasnya, mungkin?

Anggap saja begitu. Nata berusaha untuk berpikir positif.

Lalu, untuk apa mereka kemari? Berdua?
Mungkin saja mereka mengerjakan tugas kelompok.

Nata selalu berusaha berpikir positif.

"Hai," sapa Nata. Menghampiri Akmal yang kini berada di depannya. "Ngapain ke sini?" Ah. Pertanyaan macam apa itu. Apa karena dirinya jarang bertemu Akmal mampu membuat dirinya canggung seperti ini?

"Menurutmu?" Balas Akmal, tangannya meraih jemari wanita yang berada di belakang lelaki tersebut. Pemandangan yang tak bisa lepas dari mata Nata. Nata menatap tangan Akmal yang begitu erat memegang tangan wanita itu.

"Hanya berdua?" Tanya Nata. Memastikan semua pertanyaan yang ada di otaknya kini. "Bertiga sama kamu. Kalau kamu pergi, berarti berdua," balas Akmal.

[4] Love is Trust [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang