18. Kecewa Itu Apa?

44 10 0
                                    

Author up part untuk minggu ini, minggu ini author sedang ujian jadi up part selanjutnya insyaallah minggu depan atau pas author selesai ujian praktik😙
Doain ya semoga ujian author lancar💖

Happy reading!

--

"Kecewa itu ketika saya yang berjuang, tetapi kamu lebih memilih dia."

--

Author POV

Lonceng coffe shop itu berbunyi, menandakan ada pembeli lagi yang masuk. Alfi melambaikan tangannya, tatkala melihat siapa yang masuk ke dalam coffe shop.

"Sudah lama nunggunya, Kak?" Tanya Nata seraya melepaskan tas selempang yang ia bawa dan menaruhnya di kursi kosong tepat di sebelahnya. "Baru sampai juga kok. Mau pesan sekarang?" Nata mengangguk, "boleh deh,"

Alfi memanggil pelayang yang baru saja mengantar minuman, "pesan apa, Mas, Mbak?" Tanya pelayan tersebut seraya menyodorkan buku menu kepada Nata dan Alfi. Tanpa melihat menu, Alfi menyebutkan menu yang ingin ia pesan.

"Kayak biasa kan, Nat?"

"Iya, Kak," balas Nata. "Coffe lattenya dua, sama lava cakenya dua," pelayan tersebut mencatat pesanan yang disebutkan oleh Alfi.

"Saya ulang kembali ya, Mas. Coffe lattenya dua, sama lava cakenya dua. Ada tambahan lagi, Mas?" Alfi menggeleng, "itu saja,"

"Baik. Mohon ditunggu," ucap pelayan tersebut dan berlalu meninggalkan mereka.

"Maaf banget ya waktu itu kita gak jadi ketemu," ungkap Alfi. Tangannya ia lipat dan letakkan di atas meja. Nata tersenyum, "gapapa, Kak. Kan Kakak lagi ada shift, gak mungkin saya ganggu juga, kan?" Kekeh Nata.

"Tapi, saya kepikiran waktu itu. Takut kalau kamu ngambek atau sejenisnya," padahal Alfi tahu sikap Nata seperti apa, dan Nata bukanlah wanita semacam itu. "Ya kali, Kak. Gak mungkin lah,"

"Tadi habis dari rumah langsung ke sini?" Tanya Alfi. "Ya, soalnya gak ada mata kuliah hari ini. Dosennya lagi tugas dinas," jelas Nata.

Alfi hanya ber'oh'ria, "nanti mau ikut pergi gak?" Nata menatap Alfi. "Ke mana?" Tanya Nata.

"Lihat nanti saja deh, pasti kamu suka," Nata mengangguk.

Setelah pesanan yang mereka pesan pun datang, "selamat menikmati," ucap pelayan itu setelah menyajikan makanan di atas meja. "Terimakasih," ucap mereka berdua.

"Oiya, Kakak hari ini gak ada shift?" Tanya Nata lalu memakan potongan lava cake yang telah ia potong. "Hari ini gak ada, karena tukeran sama teman yang kemarin minta di ganti,"

"Kamu dekat lagi sama Akmal?" Tanya Alfi. Tanpa melihat Nata, dan lebih memilih meminum kopi yang telah ia pesan.

"Cuma teman saja, Kak. Gak baik juga kan kalau nyimpen dendam."

"Bukan gitu maksud saya. Kayaknya Akmal mau balikan lagi sama kamu," lidah Nata mendadak kelu ketika mendengar Alfi berkata seperti itu. "Saya belum mikir ke sana, Kak,"

"Kalau saya menawarkan diri untuk ngisi hati kamu, gimana?"

--

"Kamu jangan ngerasa gak enak gitu, Nat," ucap Alfi setibanya mereka di taman. Tanpa Nata tahu, Alfi telah membawa tas yang berisi beberapa perlengkapan.

"Saya ucap ngomong apa yang saya rasain. Kalau kamu jadi canggung gini sama saya, sayanya juga gak enak,"

"Gapapa, Kak. Itu hak Kakak," balas Nata. Alfi tahu ada kecanggungan dari nada suara Nata.

[4] Love is Trust [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang