32. Kuncinya Percaya

38 10 0
                                    

"Saya tahu batasan karena saya tahu masih ada hati yang harus saya jaga."

--

Author POV

Seperti beberapa hari kemarin, sekarang Akmal sudah menunggunya di depan rumah. Siap mengantarkan Nata ke tempat Nata akan praktik lapangan.

"Kamu seriusan gak bakalan telat, Mal? Saya bisa berangkat sendiri kok," ujar Nata seraya memasang helm yang baru diberikan oleh Akmal.

"Gak kok, tenang aja. Daripada saya khawatir karena kamu berangkat sendiri, mendingan saya telat," Nata tersenyum. "Inget loh, Mal, sekarang udah semester 7,"

"Ya, sayang. Inget kok, tapi prioritas utama saya masih tetap kamu. Kamu gak usah khawatir, saya bisa bagi waktu kok. Udah ayo buruan, nanti telat lagi," ucap Akmal.

Mereka pun meninggalkan rumah Nata. Nata sangat bersyukur memiliki seorang lelaki bernama Akmal. Lelaki yang mungkin dulunya sempat mengecewakan dirinya, namun kini dialah seseorang yang begitu menjaganya.

Tak butuh waktu lama, karena jalanan tidak terlalu macet, akhirnya Nata sampai di depan kantor tempatnya praktik lapangan.

"Nanti pulang jam berapa?" Tanya Akmal.

"Hm, sepertinya kayak biasa. Tergantung nanti, kalau laporannya banyak ya mungkin agak telat," balas Nata. Akmal memangku helmnya, "kabarin aja ya kalau udah selesai, biar saya jemput."

Nata mengangguk, "ya, Mal. Saya masuk dulu, ya?"

"Semangat kerjanya," Akmal mengusap kepala Nata yang tepat berada di hadapannya. "Kamu juga, kuliahnya yang bener. Jangan main-main,"

"Siap sayang. Biar bisa cepet nikah sama kamu, kan?" Kekeh Akmal.

Nata mendengus, "kamu kebelet nikah banget kayaknya. Udah sana, nanti kamunya telat," Nata mendorong bahu Akmal, meminta lelaki itu lekas pergi.

"Ngusir amat, Neng. Yaudah saya pergi dulu ya, assalamualaikum," Akmal memakai helmnya.

"Waalaikumussalam," setelah melihat motor Akmal yang perlahan menjauh, Nata melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam gedung.

"Selamat pagi, Pak," sapa Nata pada satpam yang tengah berjaga di pos. Tak lupa dengan segelas kopi hitam yang ada di dekat satpam itu.

"Pagi, Neng. Diantar sama pacarnya, ya?" Nata tersipu, diam-diam ternyata ada yang memerhatikannya. "Ya, Pak."

"Yaudah, mari Pak saya masuk dulu," pamit Nata. "Silakan, Neng."

--

"Baru datang, Nat?" Tanya Riri--teman satu kelompoknya. "Ya, Ri."

Nata duduk kemudian meletakkan tasnya di bawah dekat kursi kerjanya. Menyalakan komputer untuk kembali mengerjakan laporan yang harus segera di kumpulkan.

"Nat, bisa minta tolong antar laporan ini ke Pak Arya?" Tanya Alifa--staff tetap yang berada satu ruangan dengannya. "Boleh, Bu." Nata mengambil map yang berisikan laporan yang telah ia kerjakan beberapa hari yang lalu.

"makasi ya, Nat." Nata tersenyum.

"Sama-sama, Bu." Setelah menerima map itu, Nata melangkahkan kaki menuju ruang Pak Arya yang merupakan manager keuangan yang ada di perusahaan tersebut.

Terlebih dahulu Nata mengetok pintu.

'Tok..tok..tokk'

"Masuk," sahut seseorang yang berada di dalam ruangan itu.

Nata perlahan membuka pintu, "permisi, Pak."

Arya mendongak, menatap seseorang yang masuk ke dalam ruangannya. "Ya?"

[4] Love is Trust [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang