Malam hari, Sakura turun dari kamar setelah seorang pelayan mengatakan bahwa ayah dan ibunya sudah menunggu untuk makan malam bersama. Saat tiba di ruang makan, Sakura melihat Kizashi yang tengah berpakaian rapih.
"Ayah mau pergi?" tanya Sakura.
"Ayah harus berangkat ke Suna malam ini juga nak. Ada urusan mendadak yang harus kulakukan disana besok pagi."
Sakura duduk lalu mulai makan malam bersama orang tuanya. Situasi pun tampak tenang untuk beberapa saat.
"Sakura"
"Ya Ayah?"
"Kau harus mempersiapkan dirimu. Minggu depan kita akan melakukan pertemuan makan malam dengan calon suamimu."
Sakura tersentak, ia terkejut mendengar ucapan ayahnya yang begitu tiba- tiba. Apakah ini saatnya? Saatnya untuk berpisah dengan Sasuke? Sakura hanya membeku, ia terdiam tak melanjutkan makan.
"Nak, apa kau baik- baik saja?" Mebuki terlihat cemas melihat ekspresi putrinya.
"Ayah.. Aku.. Aku ingin menolak perjodohan ini." ucap Sakura tegas setelah berusaha mengumpulkan nyali untuk melontarkan kalimat tersebut.
Kizashi seketika mengeryitkan dahi. "Bicara apa kau?"
Sakura berdiri dari kursinya, tangannya mengepal kuat pada pinggiran meja makan. "Aku tidak mau menikah dengan pria yang tidak kukenal ayah. Dan ayah tidak bisa memaksaku."
BRAK!!!
Kizashi menggebrak meja dan bangkit. Matanya melotot pada Sakura dengan penuh amarah.
"Tutup mulutmu! Aku tidak punya waktu untuk omong kosong ini!!"
Sakura merinding dan menciut. "Tapi ayah.."
"Tidak ada lagi tapi!! Keputusanku sudah bulat dan tidak akan ada yang bisa membatalkannya. Kau akan segera menikah suka atau tidak suka!!!"
Dan Sakura hanya bisa berdiri lemas menatap ayahnya yang begitu tega dan tidak memikirkan perasaannya sedikitpun.
"Aku benci ayah!!!" Kemudian Sakura berlari ke lantai atas dan masuk ke kamarnya.
Mebuki berusaha mengejar Sakura namun Kizashi menghentikan langkahnya. "Biarkan dia. Beri dia waktu untuk berpikir."
Mebuki hanya diam dan menatap sendu ke arah pintu kamar Sakura.
🌸🌸🌸
Sakura mengunci pintu dan menangis sejadi- jadinya di dalam kamar. Ia merasa begitu sesak, emosi dan juga khawatir. Tubuhnya gemetar dan meringkuk di balik pintu.
Rasa takut menguasai dirinya. Bayangan bahwa ia akan terpisah dari Sasuke menghantui pikirannya. Ia tidak bisa memikirkan apa jadinya jika hal itu benar- benar terjadi.
Ia harus melakukan sesuatu. Tapi apa? Dia tak berdaya sedikit pun untuk menentang keinginan ayahnya. Sakura bukan tipe gadis pemberontak.
Meninggalkan Sasuke dan menikah dengan orang asing? Sungguh Sakura lebih memilih mati dibandingkan hal itu harus menimpa dirinya. Ia terus menangis meluapkan isi hatinya, tak tau lagi apa yang harus ia lakukan saat ini.
Setelah hampir 30 menit Sakura meringkuk. Ia mulai bisa meredakan tangisannya, namun pikirannya masih melayang kemana- mana. Hingga akhirnya ia memutuskan untuk bangkit.
Sakura membuka lemari pakaiannya dan mulai mengganti baju. Ia juga memasukkan beberapa baju ganti dan peralatan make up-nya ke dalam tas berukuran sedang. Sakura meraih dompet dan ponselnya. Ia memesan taksi lewat telepon untuk segera menjemputnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Absolut Vodka
FanficUchiha Sasuke dan Haruno Sakura, dua anak dari pengusaha kaya raya yang tengah mencari jati diri mereka. Keduanya berkenalan dan merasa saling memahami satu sama lain, hingga permainan sang takdir mengubah hidup keduanya. Disclaimer : Naruto © Masha...