Selama beberapa hari ke depan, Sienna memulihkan diri setelah kesadarannya kembali. Akademi memang menjadi tempat yang berbeda, terlebih lagi setelah keputusan dari Wulfio yang terdengar cukup mengejutkan bagi penyihir-penyihir penghuni akademi.
Sejak ia kembali sadar, kini tiap malam ketika tidur Sienna selalu bermimpi. Dan kian malam mimpi itu menjadi lebih aneh dari sebelumnya. Mimpi itu selalu berbeda dan tidak dapat ditebak. Sienna bisa mengendalikan mimpinya, namun ia tidak bisa menebak apa yang akan terjadi di mimpinya. Terkadang ia hanya berdiam diri, terkadang ada peperangan yang sedang terjadi, terkadang ia menangis, terkadang pula ia berlari dari sesuatu yang ia sendiri tidak tahu apa.
Pagi ini, Sienna bangun seperti biasa. Ia belum membicarakan mimpi yang ia alami pada siapa pun, termasuk teman dekatnya—Vann, dan kepala akademi—Wulfio. Sienna bingung bagaimana harus menanggapi mimpi itu, apakah mimpi itu terjadi karena akibat dari kematian yang ia alami? Atau hanya terjadi tanpa alasan?
Sebelum beranjak dari kamarnya, Sienna menatap ke luar jendela dan mengamati langit pada pagi hari. Setidaknya, bukan hal yang baru yang ia lakukan. Bedanya, sejak ia sadar beberapa saat lalu, ia mengamati jendela itu lebih lama dari biasanya. Tidak ada yang tahu, mungkin karena pemandangannya sedikit berbeda dari biasanya.
Lalu, tiba-tiba saja cincin yang berada di jarinya mengeras dan Sienna merasakan panas yang teramat sangat. Dengan sekuat tenaga ia berusaha untuk melepaskannya. Namun sekuat apa pun ia mencoba, cincin itu tidak mau lepas dan justru terasa semakin kuat ingin meremukkan jarinya.
Cincin itu menyala merah seperti terbakar, namun tidak membakar jari Sienna. Ia memang dapat merasakan jarinya seperti terbakar, tetapi jarinya tidak terbakar. Sesaat kemudian, keadaannya kembali normal, dan di saat yang sama muncul huruf kuno yang kini terlihat melingkari permukaan cincin. Asap hangat menyembur dari cincin.
Sienna tidak dapat membacanya. Namun suara lemah dari Oracle kembali terdengar di kepalanya.
"Arx."
Satu kata dan suara itu menghilang. Sienna dapat merasakan dengan jelas bahwa keberadaan Oracle menjadi lebih lemah dari sebelumnya. Ini jelas bukan pertanda yang baik. Ia melihat kembali cincin yang masih terpasang di salah satu jarinya, kini cincin itu longgar dan bahkan dapat dilepas.
Untuk sejenak, Sienna menatap cincin yang sudah terlepas dari jarinya itu dengan sangat lekat. Ia memperhatikan setiap sudut dan detail dari cetakan huruf kuno yang kini tersebar karena pantulan cahaya matahari yang menembus jendela.
~ á s k i o s ~
Sienna kembali mendatangi Wulfio. Sang penyihir terlihat masih sibuk dengan pencariannya mengenai petunjuk yang bisa Sienna gunakan untuk mencari sesuatu yang dikatakan oleh Oracle sebelumnya. Áskios.
"Kalau kau datang menemuiku mengenai áskios ini, aku masih belum punya petunjuk."
"Bukan," kata Sienna, "bukan itu," ulangnya.
Kini Wulfio menoleh menatap Sienna, kemudian mendapati cincin yang sebelumnya tersemat di antara jari-jari itu kini dipegang oleh dua jari Sienna sembari menyodorkannya.
"Ada apa dengan cincin itu?" tanya Wulfio, bergantian antara wajah Sienna dan cincin tersebut.
"Kurasa Oracle sekarat."
Wulfio mengernyit sedikit lebar, namun apa yang dikatakan oleh Sienna barusan bukan hal yang mengejutkan baginya. Menurutnya, ini hal yang sangat wajar. Harga sebuah nyawa untuk nyawa lainnya. Dalam dunia sihir, pertukaran ini mungkin merupakan hal yang lumrah, namun masalahnya di sini terletak pada eksistensi sihir yang sudah banyak dikenal kecuali orang-orang tertentu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The King's Move
Fantasy[Book Two: The Chosen Saga] [á s k i o s] [proses revisi] [Complete] [harap membaca The Runaway Chosen terlebih dahulu] . ::.. Perjalanan Para Terpilih tidak mudah. Penyerangan yang terjadi di akademi hanyalah awal dari sebuah bencana besar yang aka...