16 - Thysía

18 4 0
                                    

Sedikit demi sedikit, wujud dari sangkar raksasa yang menjadi wadah api itu memudar. Kegelapan yang menyelimuti ruangan berbentuk kubah kemudian tercipta, namun hanya sejenak. Dan ketika dua makhluk itu menyadarinya, api telah menyala di obor-obor yang berada di dua belas sisi dinding.

Ketika cahaya mulai menampakkan wujud ruangan itu, mereka berdua berbalik arah. Api raksasa itu menjelma menjadi seorang elf tua dengan tubuh penuh tato dan dua buah tanduk di sisi dahinya. Ia duduk bersila dengan kedua tangan ia letakkan di masing-masing lututnya. Matanya terpejam seolah telah lama tertidur.

"Selamat datang," sambut elf itu sembari membuka matanya yang terlihat sangat sayu. Tatapan yang hangat itu tertuju pada Sienna. Tanpa sebuah pertanyaan, ia mengetahui bahwa Sienna adalah seseorang yang membutuhkan pertolongannya.

Audr dan Sienna mendekat, namun langkah milik gadis elf yang penasaran itu lebih lebar dan cepat dari makhluk yang menemaninya.

Elf tua itu tersenyum ketika Sienna sudah sedekat yang ia harapkan; tepat berada di luar wadah sangkar yang berada di tengah-tengah ruangan. Satu langkah lagi dan Sienna benar-benar berada di dunia yang berbeda.

"Kemarilah, elf muda. Aku sudah menunggumu," ucapnya dengan nada yang paling bijaksana. "Eithedir adalah namaku." Kalimatnya singkat, namun di telinga Sienna, ada banyak hal yang disampaikan. "Darah Terakhir dari Rahib Suaka Gulyyat."

Dengan ekspresi yang ragu, Sienna melirik ke arah Audr yang berada di sebelahnya, hanya terpaut satu langkah di belakang. Sebuah anggukan diberikan oleh makhluk yang terlihat paling berbeda di sana.

Sienna melangkah masuk dengan ragu ke dalam wadah yang ia perhatikan terlihat seperti piring yang tingginya lebih rendah dari seluruh lantai di ruangan ini. Ada perasaan yang berbeda dirasakan oleh gadis itu ketika memijakkan salah satu kakinya di dalam piring itu. Dan ketika kedua kakinya berada di atas piring, perasaan itu kini menjadi jelas. Ada kilas balik yang ia dapatkan. Banyak, dan bahkan cukup untuk menghentikan rasa penasarannya mengenai elf tua di hadapannya dan risiko yang Sienna hadapi untuk menyelesaikan tujuannya di suaka ini.

Gadis itu diam tertegun. Tatapannya tiba-tiba saja kosong seolah mendapati dirinya berada di dalam tubuh orang lain. Audr yang menyadari hal tersebut buru-buru melangkahkan kakinya. Satu langkah, dan langkah keduanya menuju piring yang juga berada satu tingkat di bawah lantai ruangan, ada energi yang menghentikan tubuh itu. Seperti sebuah gelas kaca tak kasat mata yang tidak dapat ditembus.

"Sienna!" cetusnya. Namun tak ada suara yang dapat terdengar dari luar. Sienna benar-benar sendiri di dalam piring tersebut dan tidak ada yang dapat dilakukan oleh Audr.

Beralih ke dalam lingkaran kecil di dalam ruangan itu, suasananya berbeda.

"Jadi kau sudah paham risikonya," ucap elf itu.

Sienna tersenyum, dan sempat melirik Audr yang mulai mengelilingi luar lingkaran yang membatasi kedua makhluk itu.

"Kukira itu hanya tipuan saja," balas Sienna dengan raut yang tenang. Lalu melanjutkan, "jadi ini bukan pertama kalinya?"

Eithedir menggeleng. "Kau lihat bagaimana redupnya cahaya yang kumiliki ketika kau memasuki ruangan ini." Sienna mengangguk. "Cahaya itu akan yang menjadi terakhir kalinya menyala di Gulyyat. Aku adalah blood elf terakhir yang hidup untuk menyembuhkan anomali sihir yang kaumiliki."

Ada keterkejutan yang Sienna rasakan, terutama ketika menyadari bahwa makhluk di depannya ini bukan elf biasa, melainkan blood elf. Sebuah ras yang dikenal sebagai ras penyihir menyimpang di seluruh daratan Nazrrog. Namun untungnya, blood elf sudah lama menghilang dari wajah Nazrrog untuk waktu yang cukup lama setelah Akademi Palawan didirikan. Perlahan, mereka dapat disingkirkan. Namun bukan berarti benar-benar musnah dari Nazrrog.

The King's MoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang