03 - Xýpnios

25 4 0
                                    

Selama beberapa hari ke depan, Aesa menjaga Sienna yang masih tak sadarkan diri. Perlahan namun pasti, Wulfio membangun kembali akademi yang masih setengah berdiri sejak pertempuran terjadi. Meskipun demikian, Wulfio lebih sering terlihat merenung di depan apa yang sebelumnya adalah Sacred Garden.

Di saat tertentu ketika keadaan sudah mulai lebih tenang, Sienna membuka matanya untuk pertama kali setelah kematian singkatnya oleh Anerea. Saat Sienna bangun, Aesa sedang tidak menjaganya.

Untuk pertama kalinya, Sienna dapat merasakan bahwa sepasang mata itu sangat berat untuk dibuka. Cahaya masuk dengan perlahan dan terasa sangat menyilaukan untuknya. Pupilnya berusaha untuk menyesuaikan, dibantu oleh telapak tangannya yang dinaikkan untuk menghalangi sinar-sinar tersebut masuk secara berlebihan. Di antara jari-jari di tangan kirinya—lebih tepatnya di kelingkingnya—yang ia gunakan untuk menghalangi cahaya, terdapat sebuah cincin yang sebelumnya tidak pernah terpasang di sana. Atau bahkan hanya untuk mengenali cincin tersebut saja ia tidak bisa. Cincin itu terasa sangat asing baginya, dan di kesempatan tertentu setelah ia bangun dari ranjang empuknya—ya, Sienna berada di ruangannya sendiri di gedung alfa beta omega, setelah Aesa diberi izin oleh Perawat Nŭreth untuk memindahkannya. Namun, sekeras apa pun ia mencoba untuk melepas cincin tersebut, ia tetap tidak bisa. Cincin itu tidak terasa kekecilan di jari kelingking itu, namun Sienna tidak bisa melepasnya.

Setelah beberapa saat mencoba dan gagal, Sienna mendapati bahwa tenggorokannya terasa sangat kering. Rasanya tepat seperti padang tandus yang tidak pernah mengenal sesuatu yang bernama air selama yang dapat diingat oleh bumi. Jadi sepasang mata itu ia edarkan untuk mencari sesuatu yang dapat menyegarkan tenggorokannya yang sudah meronta-ronta untuk mendapatkan kesegaran. Beruntungnya, Aesa sudah menyiapkan segelas air segar. Di sampingnya, ada beberapa buah kue yang diletakkan di atas piring kecil. Tanpa berpikir panjang, Sienna menyambar gelas tersebut dan menenggak air itu. Dan secepat kilat, gelas itu diletakkan kembali tanpa setetes air pun di dalamnya.

Suasana saat itu berbeda dari biasanya. Bukan, bukan suasana betapa porak-porandanya pemandangan di luar jendela, tetapi suasana langitnya. Arah matahari sedikit lebih berbeda dari biasanya, dan awan-awan tampak berkumpul lebih tebal dari biasanya. Satu hal yang dapat terpikirkan oleh Sienna hanya: mungkin ini salah satu efek dari pertarungan itu. Benar, Sienna mengingat pertarungan itu dengan sangat jelas seperti itu baru saja terjadi.

Sienna mencoba untuk berdiri meski sedikit sempoyongan. Ia mulai berjalan perlahan dengan bantuan tangan untuk meraih apa saja yang bisa membantunya agar tetap berdiri. Tujuannya hanya satu, yaitu untuk keluar dari sana.

Perlahan namun pasti, langkah demi langkah terlewati. Udara semakin terasa lebih segar seiring langkahnya keluar dari gedung. Udara yang lebih sejuk secara spontan menerpanya. Aula yang seharusnya ia temukan setelah lorong yang ia lewati masih belum seratus persen diperbaiki. Beberapa lubang masih pemandangan yang wajar ia temukan. Tetapi hal yang berbeda adalah ketika Sienna benar-benar keluar dari gedung itu.

Akademi yang sedang dilihat oleh Sienna seperti tempat berbeda yang pernah ia tahu. Suasananya tidak ramai, tetapi ada sesuatu yang sibuk yang sedang terjadi. Inikah hasil dari dari pertempuran waktu itu? Banyak penyihir yang menyapanya ketika mereka berpapasan dengannya, namun Sienna hanya membalas dengan senyum simpul yang canggung. Ekspresi wajah mereka kurang lebih hampir sama semua; tidak dapat dideskripsikan dengan pasti oleh Sienna apakah sedang bahagia atau sedih. Ekspresi mereka hanya terlihat menggantung saja seperti itu. Dan dari penyihir yang ia temui, tak satu pun berkata apa pun, termasuk yang ia kenal.

Beberapa langkah selanjutnya yang dilakukan oleh Sienna tidak pasti, ia seperti kehilangan arah.

Lalu dari belakang, ada seseorang yang menepuk bahunya. Refleks Sienna membuatnya menoleh ke belakang. Bukan sebuah pertanyaan yang ia dapatkan ketika berbalik arah, namun sebuah pelukan kecil yang terasa hangat dan dibutuhkan olehnya.

The King's MoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang