30 - Strangisméno (Part 3)

12 5 0
                                    

Ctang!

Sebuah anak panah menampik pedang yang akan dihunjamkan. Mata Valgard langsung menoleh ketika mendapati pedangnya terpental karena sesuatu yang baru saja terjadi dengan sangat cepat.

Elsa yang menyadari hal tersebut langsung membuka matanya, mengambil kesempatan kedua ia dapat hidup untuk menjegal Valgard dan mengambil belati miliknya. Vann menyelamatkan hidupnya.

"Sialan," dengus Valgard selagi berusaha untuk kembali berdiri. Satu kesempatan besarnya hilang karena terlalu meremehkan hal-hal di sekelilingnya, dan kini seseorang telah mengacaukannya.

"Terima kasih," ujar Elsa yang bergerak mendekati Vann.

"Sama-sama," balas Vann.

Serangan lain menginterupsi dengan cepat, Oure kembali mendekat dengan menembakkan anak panahnya. Kemudian ia berteleportasi, siap dengan belati di tangannya. Vann mundur, dan Elsa mencoba menghentikan gerak Oure. Satu belati miliknya tentu saja masih kalah dengan dua milik Elsa. Pertarungan mereka dimulai, dan Valgard berpartisipasi untuk menyamakan kedudukan agar pertarungan imbang.

Di sisi lain, pertarungan terlihat cukup imbang. Audr dapat menggunakan kekuatannya dengan cukup maksimal untuk menahan setiap serangan yang dilakukan dengan gencar oleh ketiga Elite Thirteen. Hanya di pertarungan ini, medan pertempurannya seolah menjadi tanah eksklusif untuk mereka. Pertarungan ini benar-benar terlihat terisolasi meski ada banyak sekali hal yang sedang terjadi di sekitarnya. Gemuruh dari langit juga tak jarang terdengar sebagai penanda bahwa Audr juga dapat melakukan serangan di samping hanya menghindar dan bertahan. Dan bahkan, ketiga Elite Thirteen itu cukup kewalahan ketika Audr menyerang mereka. Gerakan dari Audr yang terkadang tidak bisa ditebak membuat ketiganya kerap melakukan kesalahan dan menanggung akibatnya.

Aesa dan Aiwyn cukup dapat menunjukkan ketangkasan mereka menggunakan seni sihir dan membuat Reinhold dan Gyrard kerepotan setiap kali hendak menyerang mereka. Kedua penyihir itu memiliki keunggulan jika dibandingan dengan jenis petarung jarak dekat seperti kedua Elite Thirteen tersebut. Strategi bertahan mereka cukup dapat diandalkan karena memiliki variasi elemen yang cukup baik, hal seperti itu yang membuat musuh kewalahan.

~ á s k i o s ~

Menit demi menit berlalu. Peperangan masih berlangsung dengan cukup intens di dua tempat berbeda. Matahari yang tadinya berada di puncak kini perlahan mulai turun dari singgasananya. Perubahan warna dari sinar matahari menciptakan bias yang berbeda dari refleksi benda-benda berkilau yang berserakan di seluruh medan perang. Merah darah mulai meresap ke tanah.

Keadaannya cukup baik untuk Benteng Dunsword, namun cukup berbeda dengan Benteng Splinterspine. Selama yang mereka ingat, Benteng Dunsword masih berdiri kokoh tanpa dapat ditembus oleh batalion-batalion musuh. Jumlah tentara yang lebih kecil menjadi salah satu alasan mengapa Benteng Dunsword dapat bertahan dengan cukup baik.

Magnus masih memperhatikan peperangan itu dari luar tendanya, dan di titik ini ia tahu bahwa ia terlalu meremehkan musuhnya. Ukuran tentaranya memang jauh lebih besar, dan benteng yang jauh di seberang sungai itu sudah ditembus, tetapi itu bukan berarti kemenangan akan didapatkan dengan mudah.

"Lapor!" seorang sersan datang menginterupsi kegiatan sang raja. Matanya beralih dengan amarah yang masih tertahan. Tengokan dari sang raja membuat sersan itu melanjutkan apa yang hendak dikatakan, namun itu adalah satu keputusan yang salah. "Batalion barat sampai saat ini belum mampu menembus pertahanan benteng! Para pasukan yang terluka sedang dikirim dari medan pertempuran! Instruksi?"

Saat kalimat itu selesai, sersan tersebut baru menyadari bahwa itu bukan hal yang tepat untuk dikatakan.

Magnus tersenyum dan menghela napas. Itu jelas bukan kabar yang ia inginkan. "Ada kabar mengecewakan lainnya?"

The King's MoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang