29 - Strangisméno (Part 2)

12 4 2
                                    

Tentara musuh sudah sangat dekat, para pengintai dapat melihat sesuatu yang akan dan dapat menghancurkan gerbang raksasa mereka. Tidak ada yang dapat menghentikan mereka untuk menghancurkan gerbang itu, dan satu-satunya yang dapat mereka lakukan hanya bersiap di balik gerbang. Beberapa pemanah dan penyihir dipanggil untuk memberi serangan kejutan.

Sebuah pemukul dinding yang berukuran cukup besar sudah disiapkan untuk menjebol gerbang raksasa yang kini ada di hadapan mereka. Beberapa orang mengoperasikannya.

Di arah lain di dinding, beberapa menara pengepungan sudah sampai dan mulai menjalankan aksinya. Banyak tentara yang masuk dan keluar di atas. Pertarungan terjadi dengan seketika.

"Satu, dua, tiga!" sang kapten memberi komando untuk menjalankan alat tersebut. Dengan segera, tangan-tangan kuat memutar tuas hingga balok raksasa yang ujungnya berupa beton itu tertarik ke belakang.

Satu gerakan kecil dan balok itu meluncur ke arah gerbang kayu tebal.

BAM!

Getaran hebat dihempaskan melalui kontak yang berlangsung. Kekuatannya besar, namun belum cukup untuk meruntuhkan gerbang itu dengan sekali pukul.

"Ulangi!" perintah sang kapten.

BAM!

BAM!

BAM!

Dua jam berjuang, dan Benteng Splinterspine akhirnya jebol. Serangan kejutan berhasil. Pemanah membanjiri tentara yang berlari masuk dan penyihir membakar lorong pendek tempat mereka masuk. Ini akan menahan mereka untuk beberapa saat.

~ á s k i o s ~

Igvir berlari secepat yang ia bisa, kabar bahwa Benteng Splinterspine telah jebol membuatnya langsung bertolak menuju ke stasiun untuk menaiki kereta prioritas.

"Hei, hei," Kyna menahan lengan Igvir yang hendak berlari mengikuti seorang sersan menuju stasiun. "Kau mau ke mana?" tanyanya.

"Splinterspine sudah jebol," jawab Igvir. "Aku harus ke sana bersama batalion cadangan."

"Aku akan ikut denganmu," Kyna menawarkan diri dan langsung mengambil barang yang ia perlukan, namun kali ini Igvir yang menahannya dengan satu gerakan dari tangannya.

"Meninggalkan Widgrim?" Igvir bertanya balik. "Kau lebih baik di sini, menjaganya dan memantau situasi." Ia memberi jeda untuk berpikir mengenai alasan agar terdengar relevan. "Kalau situasinya aman, kau bisa meminta lebih banyak batalion untuk dikirim menuju Splinterspine," lengkapnya.

Kyna sempat terdiam sebelum akhirnya menatap Widgrim. "Baiklah," ia mengiyakan dengan sedikit berat.

Igvir beranjak untuk keluar tenda, dan Kyna mengantarnya ke luar.

"Hei," kata Kyna, tangannya menahan pergelangan tangan Igvir. Ada sesuatu yang ingin ia ungkapkan, tetapi ia tidak tahu cara yang tepat untuk mengatakannya.

"Apa?"

"Aku turut berduka untuk Kingsmen," Kyna segera menunduk setelah mengatakan kalimat itu, ada sebuah helaan napas yang ditunjukkan sebagai rasa penyesalan. "Aku tahu ini bukan waktu yang tepat, tetapi aku tidak bisa mencari waktu yang tepat untuk mengatakannya. Kehilangan mereka pasti sangat berat untukmu."

Igvir tersenyum simpul seraya memegang tangan yang menahan pergelangan tangannya dan melepaskannya secara perlahan. "Terima kasih," ucapnya. "Itu sangat berarti untukku."

~ á s k i o s ~

Warna merah api yang membara mulai memenuhi penglihatan saat kereta yang ditumpangi oleh Igvir sampai di Splinterspine. Pertempuran terjadi tidak jauh dari sana. Batalion yang pergi bersamanya langsung menjejakkan kaki mereka menuju medan perang tanpa ragu dikomandoi oleh beberapa kapten dan bahkan jenderal.

The King's MoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang