Entah untuk berapa lama, tubuh itu akhirnya kembali bergerak. Bulu-bulu berwarna hitam itu terayun oleh terpaan angin dari berbagai sudut. Jari-jari yang tadinya kaku kini menggeronyot secara perlahan. Sepasang mata yang tertutup kini menampakkan dirinya kembali. Dengan satu embusan napas, makhluk berbulu itu langsung mengangkat tubuhnya ketika kesadarannya kembali.
Ia kaget. Tubuhnya sedingin angin malam yang tak mengenal siang.
Di sekelilingnya, ada banyak hal yang tak dapat ia jelaskan. Igvir tak tahu ia berada di mana sepanjang matanya ia edarkan ke berbagai sudut. Satu yang ia tahu, ia berada di sebuah rawa. Ia melihat ke arah di mana ia ditidurkan entah sejak kapan. Ia berada di suatu tempat yang terlihat seperti sebuah altar, lengkap dengan kayu-kayu yang dijajarkan menjadi rentetan pembatas untuk duduk yang memutari altar. Di sampingnya, terdapat pedang miliknya yang telah patah. Mungkin patah karena pertempuran itu. Di keempat sisi altar tersebut, ada obor api yang masih menyala, namun warnanya tidak seperti warna api pada umumnya, cenderung terlihat berwarna biru-keunguan.
Di mana aku? Tanyanya penasaran. Ia hampir tidak ingat apa pun dari kejadian yang membawanya kemari. Hanya pertarungan itu, ketika dirinya berkumpul di sebuah perisai sihir. Dan kemudian semuanya berubah menjadi gelap.
Untuk sesaat waktu, ia ingat dengan sebuah sihir pelindung yang pernah Kyna berikan padanya saat di Korrona. Ya, mungkin sihir itulah yang entah bagaimana menyelamatkannya dari kematian. Dan kini, Igvir berada di mana?
Igvir mendongak ke atas menatap langit yang tertutup oleh awan mendung. Cuacanya sedang tidak bahagia. Di beberapa kesempatan, Igvir dapat mendengar suara-suara dari kejauhan. Setelah beberapa saat, Igvir berdiri. Di beberapa sudut di antara pepohonan berwarna gelap—entah karena cuacanya atau memang demikian—ada jalan setapak yang mengarah ke jalan yang berbeda. Tanpa pusing, ia memilih jalan pertama yang ia lihat.
Langkah demi langkah ia lalui. Seiring langkahnya, pepohonan yang memenuhi ruang geraknya semakin tebal, tetapi suara-suara yang tadinya samar kini mulai terdengar jelas. Ini sedikit aneh.
Semakin dalam Igvir melangkah, udaranya menjadi semakin segar meski ia sadar bahwa ia sedang berada di tengah rawa-rawa. Rawa yang sebelumnya tidak pernah ia masuki. Rawa yang begitu asing di ingatannya. Pepohonannya pun berwarna semakin terang. Cuacanya menjadi semakin sejuk dan anginnya tidak sekencang tadi.
Ketika suara-suara itu terdengar semakin jelas—bahkan sangat jelas—Igvir mulai menaikkan tingkat kewaspadaannya. Cahaya matahari perlahan memasuki celah-celah di antara daun-daun yang masih menempel di pepohonan, menciptakan cetakan-cetakan berbentuk tertentu yang dapat dilihat sepanjang jalan.
Di akhir perjalanannya, pepohonan semakin sedikit. Dari sela-sela antara pohon yang sudah jarang tersebut, Igvir menempatkan perhatiannya pada pemukiman kecil yang ada di hadapannya. Ini aneh. Jelas aneh. Tatapannya secara bergantian menatap berbagai jenis makhluk yang pernah ia baca dalam sebuah buku mitologi di zaman kuno. Makhluk-makhluk itu tidak secara persis seperti apa yang ia bayangkan dari buku itu, tetapi Igvir dapat menyebutkannya apa saja makhluk tersebut. Dan lagi, hal ini seperti mimpi yang menjadi kenyataan untuk dapat melihat secara langsung makhluk-makhluk itu.
Semakin Igvir memperhatikan, semakin ia bingung dengan keberadaannya. Lalu, pada suatu momen tertentu ketika ia secara tidak sadar telah menurunkan kewaspadaannya, pohon yang menjadi tempatnya berlindung dari jangkauan penglihatan makhluk-makhluk yang sedang ia perhatikan saat itu tiba-tiba saja bergerak.
Srek, sreeeeeek. Igvir mundur satu langkah dan menaikkan kembali kewaspadaannya, perhatiannya ia alihkan pada pohon yang baru saja bergerak itu. Lalu sesuatu terpikir oleh Igvir, apakah pohon itu memang baru saja bergerak? Atau hanya perasaannya saja?
KAMU SEDANG MEMBACA
The King's Move
Fantasy[Book Two: The Chosen Saga] [á s k i o s] [proses revisi] [Complete] [harap membaca The Runaway Chosen terlebih dahulu] . ::.. Perjalanan Para Terpilih tidak mudah. Penyerangan yang terjadi di akademi hanyalah awal dari sebuah bencana besar yang aka...