Cahaya berkedip-kedip di sepanjang dinding batu yang salah satunya seharusnya menjadi sebuah pintu masuk ke dalam bangunan. Itu seharusnya adalah pintu, namun yang terlihat sekarang masih seperti sebuah dinding biasa.
"Kau pernah masuk ke tempat ini, kan?" tanya Sienna yang melirik melalui bahunya, di sana ada Audr yang sedang duduk menunggu di sebuah batu berbentuk kotak tidak sempurna. Sudah sepuluh menit Sienna berdiri di tempatnya sekarang berada namun masih tidak mengerti apa yang harus ia lakukan dengan teka-teki yang ada di hadapannya.
"Aku tidak pernah mengatakan bahwa aku pernah masuk. Aku hanya pernah berdiri di tempatmu sekarang berdiri, dan tidak pernah melebihi itu," kata Audr. "Dan kalau tujuanmu agar aku membantumu menyelesaikan teka-teki ini, aku tidak akan bisa."
"Kenapa demikian?" Sienna menaikkan kedua tangannya sebagai tanda heran. "Bukannya semua teka-teki dapat dipecahkan siapa saja?"
Audr berdiri dan berjalan mendekat. "Tidak dengan teka-teki yang satu ini. Sedikit yang aku tahu, hanya seseorang yang membutuhkan pertolongan dari suaka ini yang dapat memecahkan teka-tekinya. Jadi tidak bisa sembarang orang."
Sienna lantas mengernyit, ia menerka-nerka sesuatu dari hal yang baru saja dikatakan oleh Audr. "Jadi kau tidak bisa masuk meski aku dapat memecahkannya?"
Audr berhenti di sebelah Sienna dan mengangkat bahu. "Kalau yang itu kita akan cari tahu nanti. Aku akan membantumu sebisaku, sisanya kau harus memecahkannya sendiri."
Sienna bersedekap dan menoleh ke arah Audr, "cukup adil."
Tatapan Sienna tertuju tajam mengarah ke dinding itu. Beberapa titik cahaya muncul dan berkedip-kedip secara bergantian di berbagai titik. Dalam benaknya, teka-teki macam apa yang hanya berupa kedipan cahaya?
"Hah..." Sienna mendesah dan menghela napas yang cukup panjang, lalu menoleh lagi ke arah Audr. "Apa kau punya sesuatu? Ide, mungkin? Aku benar-benar buta mengenai teka-teki semacam ini. Ini terlihat hanya seperti dinding biasa," ujarnya disertai kedua tangan yang naik ke udara di akhir kalimat.
Audr mengangkat bahu selagi menatap Sienna yang mulai berjalan-jalan mondar-mandir tidak jelas di depan dinding. "Sejauh yang aku tahu..." Sienna langsung menoleh, "... teka-tekinya selalu berhubungan dengan seseorang yang membutuhkan pertolongan suaka ini."
"Jadi maksudmu, aku akan tahu petunjuknya?" alis Sienna naik sebelah. "Aku jadi makin terkesima dengan cara kerja sihir yang unik dan berbeda-beda."
"Kurang lebih seperti itu," ia memberi jeda. "Cobalah mulai dengan menyalurkan energi sihirmu melalui mata."
Sienna mengangguk, namun batinnya entah bagaimana seperti tidak siap. Ia tidak pernah menyalurkan energi sihir melalui mata tanpa bantuan sihir yang secara sementara menghapus anomali sihir yang ia miliki. Satu, dua detik, ia mencoba. Energi perlahan tersalurkan, namun jumlahnya dapat ia rasakan sangat terbatas. Dan semakin besar energi yang ia keluarkan, energi itu membakar tubuhnya dari dalam. Namun ia mengabaikan rasa terbakar itu, dan terus mencoba. Hingga pada akhirnya, ada sesuatu yang seolah terbebas. Energi sihir dapat ia salurkan melalui matanya. Rasanya berbeda melihat sekitar dengan energi sihir yang disalurkan melalui mata.
Kini energi sihir berwarna hijau dapat Sienna lihat melalui matanya di udara bebas. Jumlahnya bahkan terbilang cukup tidak terduga; ada banyak. Namun ada hal berbeda dari energi sihir yang ia lihat itu. Ada jejak-jejak energi yang tercipta dari cahaya yang berkedip-kedip di dinding. Jejaknya terlihat cukup familier hingga Sienna kehilangan kendali atas energi yang tersalur melalui matanya.
Tanpa sadar, napas Sienna sudah memburu entah dari kapan. Tatapannya sedikit kabur ketika energi sihir itu menghilang dari penglihatannya dan tubuhnya sedikit linglung.
KAMU SEDANG MEMBACA
The King's Move
Fantasy[Book Two: The Chosen Saga] [á s k i o s] [proses revisi] [Complete] [harap membaca The Runaway Chosen terlebih dahulu] . ::.. Perjalanan Para Terpilih tidak mudah. Penyerangan yang terjadi di akademi hanyalah awal dari sebuah bencana besar yang aka...