Like an army, falling, one by one by one.
~ á s k i o s ~
Pertempuran di Hutan Hulmar tidak berlangsung cukup lama dan selesai sebelum semua orang menyadarinya. Benar, pertempuran itu berlangsung sangat cepat dan memukul mundur penyerangan yang dilakukan oleh tentara Treaston. Namun tidak banyak yang menyadari bahwa batalion terdepan yang dikirim ke Hutan Hulmar hanyalah umpan untuk membuat sibuk pihak Korrona agar mereka tidak menyadari apa yang benar-benar sedang terjadi.
Sisa dari batalion terdepan dipanggil kembali sesaat setelah ritual di Dataran Tinggi Tilmor selesai. Efeknya tidak langsung dapat diketahui oleh para elf Allandor setelah pertempuran di Hutan Hulmar selesai. Dan selagi sisa batalion sedang mundur dari pertempuran, Treaston mengerahkan batalion utamanya yang berukuran jauh lebih besar menuju Benteng Splinterspine. Menara-menara pengepungan maju dikawal oleh peleton-peleton infanteri kavaleri.
Tidak lama setelah batalion musuh mundur, tentara Allandor berdiam di Hutan Hulmar untuk berjaga-jaga jika musuh berencana kembali. Sementara itu, sebagian lainnya dari tentara Allandor yang terluka dan gugur dikirim kembali ke Benteng Felcrest. Di titik ini, mereka akhirnya mengetahui apa yang sedang terjadi dengan sungai yang membelah Hutan Hulmar menjadi dua bagian itu.
Hutan tersebut kehilangan jiwanya untuk menopang kehidupan dan sihir yang mengelilinginya. Semua yang berwarna hijau tiba-tiba berubah menjadi cokelat tua. Dengan satu sentuhan, dedaunan itu rontok dan mengabu. Batang-batang pohon menciut dan mengerut. Tanah yang mereka pijak kehilangan kesuburan dan mengeras seiring seluruh pemandangan berubah. Hutan ini berubah menjadi seperti rawa, hanya saja lebih buruk.
Igvir berusaha untuk kembali ke Benteng Felcrest setelah bertemu kembali dengan Kyna dan Widgrim. Mereka bertiga bertemu di titik mereka berpisah, pohon ek menjadi saksi yang kini telah mati. Mereka tidak menemukan Audr.
"Kau tidak apa-apa?" tanya Igvir yang menyadari bahwa Widgrim terluka. Darah segar mengucur di sepanjang paha kirinya. Kyna membopong Widgrim dan berusaha mendudukkannya di sebuah akar pohon ek yang masih terlihat lebih baik dari yang lainnya.
"Kami diserbu oleh beberapa orang sekaligus," Kyna yang menjawab pertanyaan dari Igvir. Kyna mengalihkan tatapannya pada luka di paha Widgrim. "Beruntung sekali sihir itu datang di saat yang tepat."
"Atau sebaiknya lebih awal lagi agar kakiku selamat dari tebasan pedang mereka," celetuk Widgrim yang tampaknya sedikit kecewa. Entah kecewa karena dirinya sendiri yang tidak dapat mengalahkan musuh atau sihir yang terlambat datang untuk menyelamatkannya.
"Lagi pula," Kyna mengedarkan pandang ke sekelilingnya. Hutan ini sudah menjadi tempat yang berbeda di waktu yang sangat singkat. "Ada apa dengan hutan ini?"
Sementara itu, Widgrim sendiri masih merintih menahan sakit yang mengelilingi kakinya. Sobekan kain yang cukup panjang melilit tempat di mana luka itu tercipta dan menahan darah yang keluar, namun merah perlahan mengubah warna kain tersebut.
Igvir menengok ke arah sungai yang membelah hutan, lalu naik ke akar yang menjadi satu-satunya jembatan untuk menyeberang. "Lihat saja sungainya," tunjuk Igvir.
"Kering," Kyna melengkapi. "Tidak bisa dipercaya..."
"Itu artinya mereka akan bisa menyeberangi sungai dan menyerang kita secara langsung," ungkap Igvir. "Jadi itulah mengapa batalion penuh tidak langsung dikerahkan ke hutan ini."
"Apa menurutmu ini ulah Elite Thirteen?" tanya Kyna, kedua tangannya ia silangkan sembari sepasang matanya memperhatikan sungai dan berharap bahwa ia menemukan setetes air di sana, namun ia tidak menemukan apa pun.
KAMU SEDANG MEMBACA
The King's Move
Fantasy[Book Two: The Chosen Saga] [á s k i o s] [proses revisi] [Complete] [harap membaca The Runaway Chosen terlebih dahulu] . ::.. Perjalanan Para Terpilih tidak mudah. Penyerangan yang terjadi di akademi hanyalah awal dari sebuah bencana besar yang aka...